Jumat, 09 Desember 2016

Bangsa-Bangsa Sapi Bos Indicus

Brahman
Bangsa sapi brahman berasal dari negara India dan termasuk golongan sapi zebu yang memiliki ukuran medium.
Ciri-ciri dari sapi brahman:
·         Sapi brahman mempunyai tanduk dan warna bulunya bervariasi mulai dari abu-abu sampai merah.
·         Terdapat punuk yang sangat besar gelambir dari bawah leher sampai perut yang cukup besar.
·         Telinga lebar dan menggantung.
·         Berat lahir anak sapi brahman ini tergolong medium tetapi memiliki ukuran berat sapih yang tergolong ringan.
·         Berat badan sapi brahman betina dewasa dapat mencapai 585 kg
·         Sapi brahman yang jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 900 kg.
·         Ketahanan terhadap kondisi yang sangat minimal (buruk), mempunyai toleransi terhadap panas, kemampuan mengasuh anak baik, daya tahan terhadap penyakit dan parasit (resistensi) baik.
·         Sapi brahman ini sangat cocok untuk dipersilangkan guna menghasilkan hybrid vigor yang tinggi.
·         Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,9 kg/ hari.
·         Kelemahannya yaitu toleransi yang rendah suhu udara yang rendah dan memiliki tingkat kesuburan yang rendah.
Ongole
Sapi ongole termasuk sapi zebu yang berasal dari india dengan ciri-ciri sebagai berikut:
·         Berpunuk pada punggungnya, telinga besar dan menggantung serta bertanduk.
·         Terdapat lipatan kulit (gelambir) di bawah leher dan perut.
·         Warna kulit putih dengan bagian pinggul, leher dan sebagian kepala berwarna abu-abu atau putih kehitaman.
·         Berat badan dapat mencapai 450 kg untuk sapi yang betina dan 600 kg untuk sapi yang jantan.
·         Rata-rata pertambahan berat badan harian dapat mencapai 0,4-0,6 kg/ hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,28 kg/hr.
·         Ciri yang khas dari sapi ongole ini yaitu adanya warna hitam yang mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cincin mata.
Sapi Sahiwal
Sapi Sahiwal merupakan sapi keturunan Bos Indicus, jenis sapi ini berasal dari India dan Pakistan.
·         Warna bulu umumnya merah kecoklatan bercak-bercak putih.
·         Tubuh tidak tinggi dan mempunyai pertumbuhan otot yang baik.
·         Berat sapi jantan dewasa Sekitar 550 kg dan betina sekitar 400 kg.
·         Sapi ini termasuk jenis sapi perah dengan produksi susu rata-rata 2300 kg/tahun bahkan dapat mencapai 4500 kg/tahun.
Sapi Kankrey / Sapi Guzerat
·         Sapi Kankrey/Sapi Guzerat berwarna agak kelabu, dengan tubuh besar dan bentuknya mirip sapi Sahiwal.
·         Sapi Kankreydi Amerika disebut sapi Guzerat dan dipakai dalam pembentukan turunan Brahman
Sapi Khrisna Valley
·         Sapi Khrisna Valley merupakan sapi keturunan Bos Indicus, jenis sapi ini berasal dari India dan Pakistan dengan bertanduk pendek,bewarna bervariasi dari putih hingga kelabu.jenis sapi ini dikembangkan sebagai sapi pekerja dengan berat sapi jatan dewasa sekitar 550 kg dan betina sekitar 325 kg.
Sapi Boran
·         Sapi Boran berasal dari Afrika dan terdapat di selatan Etiopia, Somalia, dan Kenya. Pada umumnya sapi ini berwarna putih atau kelabu tetapi kadang-kadang merah atau bercak putih. Berat sapi jantan dewasa sekitar 600 kg dan sapi betina dewasa sekitar 375 kg..
Sapi Africander
 
 ·         Sapi Africander berasal dari sapi pribumi Hottentot di Semenanjung Harapan di Afrika Selatan. Warna bulunya merah,kulitnya halus dan mempunyai punuk yang agak kecil,agak membulat,mukanya panjang,telinga dan gelambir sesuai. Sapi ini digunakan sebagai sapi pekerja dan sapi pedaging (Sang T).

Rabu, 07 Desember 2016

Bangsa-Bangsa Kambing Asli Indonesia

Kambing Marica

Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari kambing Kacang. Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan.
Kambing Marica memiliki potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.

Gambar 1. Kambing Marica
Kambing Samosir
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
Karakteristik morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26,23 ± 5,27 kg,  panjang badan 57,61 ± 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 ± 5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 ± 5,43 cm; dalam dada 28,67 ± 4,21 cm dan lebar dada 17,72 ± 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu fenotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam didapatkan rataan sebaran warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68% kurang lebih 4,23% warna putih dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam.

Gambar 2. Kambing Samosir
Kambing Muara
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.

Gambar 3. Kambing Muara
Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga hasil persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Hasil pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%), coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih. Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan wilayah Tangerang dan DKI Jakarta.
Ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.

Gambar 4. Kambing Kosta

Kambing Gembrong
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar dua 1,5 kg.
Banyak dugaan bahwa kambing Gembrong merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri fisik kambing yang hampir mirip dengan kambing gembrong. Alasannya, kambing ini kesulitan untuk makan akibat mata dan mulutnya tertutup oleh bulu. Kesulitan ini mengakibatkan makanan sulit masuk ke mulut hingga tidak bisa menerima masukan gizi yang memadai. Akibatnya, kambing mudah terserang penyakit hingga mati.

Gambar 5. Kambing Gembrong

Kambing Benggala
Kambing Benggala diduga merupakan hasil persilangan kambing Black Benggal dengan kambing Kacang yang diduga dibawa pedagang bangsa Arab yang datang ke daerah sekitar Pulau Timor dan Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur  sebelum Jaman Penjajahan Hindia Belanda. Black bengal sendiri merupakan kambing benggala hitam yang tergolong kecil dan tersebar luas di Assam dan Bangladesh bagian utara. Dengan selang waktu yang sudah ratusan tahun melalui persilangan kambing tersebut mengalami  penghanyutan genetik dan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Kambing Benggala secara umum lebih besar dari kambing Kacang, umumnya di dominasi warna hitan dan yang sedikit berwarna kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: Bentuk telinga sedang, lurus kesamping dan  kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung, garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan Ettawah (PE), garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak pajang atau tebal, penampilan ambil sedang, tanduk tegak ke belakang.
Berat rata-rata kambing Benggala umur 6 bulan sekitar 13.8 kg, umur 9 bulan sekitar 18.9 kg, umur 1 tahun  (1 pasang gigi permanent) sekitar 22 kg, umur diatas 2  tahun (2 pasang gigi permanent) sekitar 25.8 kg, umur  3-4 tahun rata-rata bobot badan 31 kg.  Induk kambing Benggala rata-rata bobot badannya 37.9 kg (35-41 kg) dan pejantan kambing Benggala rata-rata 40 kg (40-52.5kg). Berat badan kambing Benggala termasuk tipe sedang lebih besar dar kambing Kacang dan lebih kecil dari kambing Peranakan Ettawah (PE). Kambing ini termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup prolific (jumlah anak sekelahiran lebih dari satu/ kembar). Kambing Benggala mempunai ambing susu cukup bagus sehingga produksi susu relatip cukup untuk kebutuhan anak walaupun kembar 2 atau tiga pada saat pra sapih (Fitra A. P, dkk. 2009).

Gambar 6. Kambing Benggala

Kambing Kacang
Kambing Kacang (Capra Hircus) adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina merupakan tipe kambing pedaging yang baik.
Ciri-ciri kambing Kacang antara lain ukuran badan relatif lebih kecil dari jenis kambing lainnya, memiliki kepala yang kecil, telinga tegak, mempunyai bulu yang lurus dan pendek, bulu kambing pendek untuk seluruh tubuhnya, namun bulu panjang pada ekor dan dagu. Kambing Kacang jantan memiliki bulu yang panjang sebatas garis leher sampai pundak ,punggung hingga ekor dan pantat, memiliki warna tunggal hitam, putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna tersebut. Kambing Kacang betina maupun jantan memiliki tanduk yang pendek. Berat badan kambing jantan dewasa bisa mencapai 35 kg, dan kambing betina dewasa bisa mencapai 30 kg. Tinggi kambing jantan berkisar 60 - 70 cm, dan yang betina hingga 50 cm.
 
Gambar 7. Kambing Kacang
Kambing Peranakan Etawah (PE)
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawah (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing ini tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penampilannya mirip kambing Etawah, tetapi lebih kecil. Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip kambing Kacang disebut Bligon atau Jawa Randu  yang merupakan tipe pedaging. (Pamungkas et al., 2009). Ciri-ciri Kambing PE: telinga panjang dan terkulai, panjang telinga 18–30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100 cm (Sang T).

Gambar 8. Kambing Peranakan Etawah (PE)

Sabtu, 03 Desember 2016

Beternak Ayam Kampung Di Pekarangan

MARI BETERNAK AYAM KAMPUNG. Ayam kampung sudah dibudidayakan sejak jaman dahulu oleh masyarakat di Indonesia. Ayam kampung paling banyak dipelihara oleh masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan daerah pinggiran kota. Kebanyakan dari mereka yang memelihara ayam kampung lebih kepada hobi semata, karena itu pemeliharaannya pun secukupnya saja sehingga ayam kampung banyak dibiarkan dan dilepaskan begitu saja di halaman rumah atau di sekitar kebun rumah.
Memelihara ayam kampung tidak terlalu sulit, bahkan untuk pakan ayam kampung sekalipun bisa diberikan sisa-sisa dari makanan manusia. Selama masih ada lahan pekarangan di sekitar rumahpun bisa dimanfaatkan untu memelihara ayam kampung.  Sistem pemeliharaan ayam kampung yang dilepaskan (diumbar) dihalaman merupakan cara memelihara ayam yang paling mudah dan sederhana karena kita tidak perlu terlalu pusing mengenai pakan ayam karena ayam sudah bisa memperoleh sendiri makanan yang dibutuhkannya dari halaman tersebut.
Namun cara yang paling mudah ini bukan tanpa masalah. Karena denan sistem seperti ini, ayam sangat mungkin sekali terserang penyakit yang ada di pekarangan atau lingkungan. Selain itu, ayam bisa saja dicuri atau dimakan oleh hewan lain. Untuk itu akan dipaparkan jenis halaman/ pekarangan yang baik untuk beternak ayam kampung dengan cara umbaran ini.
Pakan. Lingkungan yang baik untuk melakukan peternakan ayam kampung dengan cara umbaran adalah lingkungan atau halaman yang banyak menyediakan pakan (biji-bijian seralia, rumput, serangga, cacing, kodok kecil dan sebagainya) sepanjang hari. Namun jangan salah, ayam harus tetap diberikan pakan pokok untuk mempertahankan kesehatan dan produktifitas ayam. Ayam-ayam yang diumbar biasanya tidak pernah diberi pakan khusus karena diharapkan pakan diperoleh dari sekitar lahan umbaran, namun apabila ada modal, pemberian pakan sederhana di pagi hari sangat baik.
Air minum. Walaupun ayam berada di halaman, sebisa mungkin menyediakan tempat air bersih agar ayam bisa minum. Sebenarnya dengan sistem umbaran tidak perlu disediakan karena ayam akan mencari sendiri air minum sesuai dengan kebutuhannya, namun jika ayam dibiarkan meminum air selokan ditakutkan ayam akan tertular penyakit. 
Kandang ayam. Untuk kandangnya sendiri sebaiknya disediakan kandang dengan pintu yang lebar dan terbuka sehingga ayam bisa leluasa masuk ke dalam kandang. Ukurang kandang tergantung dari jumlah ayam. Kandang ayam sangat penting sebagai tempat berlindung ayam saat malam hari, yang paling penting adalah membiasakan ayam kampung tersebut untuk pulang ke kandang saat menjelang sore (Sang T).
Sumber: www.tokoternak.com