Kambing Marica
Kambing Marica
adalah suatu variasi lokal dari kambing Kacang. Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia
yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah
(endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten
Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi
Sulawesi Selatan.
Kambing Marica
memiliki potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem
lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica
dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput
kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini
adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing
kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
Gambar 1. Kambing
Marica
Kambing Samosir
Berdasarkan
sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di
Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera
Utara. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan
kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat
sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata
kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
Karakteristik
morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26,23 ± 5,27
kg, panjang badan 57,61 ± 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 ± 5,28 cm;
tinggi pinggul 53,22 ± 5,43 cm; dalam dada 28,67 ± 4,21 cm dan lebar dada 17,72
± 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal
Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang
membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu fenotipe warna tubuh yang dominan
putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh
belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam didapatkan rataan sebaran
warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68% kurang lebih 4,23% warna putih
dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam.
Gambar 2. Kambing
Samosir
Kambing Muara
Kambing Muara
dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi
Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya
kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan,
putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar
dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga
beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat
ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan
tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan
penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh
produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
Gambar 3. Kambing
Muara
Kambing Kosta
Lokasi penyebaran
kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini
dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada
yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga hasil
persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Hasil
pengamatan, ternyata sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua
sampai hitam. Dengan presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%),
coklat muda (10,2%), coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh
umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna
putih. Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan wilayah
Tangerang dan DKI Jakarta.
Ciri khas Kambing
Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan
muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu
bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan
Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur
bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian
belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.
Gambar 4. Kambing
Kosta
Kambing Gembrong
Asal kambing
Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten
Karangasem. Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu
sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi
muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan
kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.
Warna tubuh dominan
kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda
(23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna
sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%.
Rataan litter size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2
kg dan kembar dua 1,5 kg.
Banyak dugaan bahwa
kambing Gembrong merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing
Turki. Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri fisik kambing yang hampir mirip
dengan kambing gembrong. Alasannya, kambing ini kesulitan untuk makan akibat
mata dan mulutnya tertutup oleh bulu. Kesulitan ini mengakibatkan makanan sulit
masuk ke mulut hingga tidak bisa menerima masukan gizi yang memadai. Akibatnya,
kambing mudah terserang penyakit hingga mati.
Gambar 5. Kambing
Gembrong
Kambing Benggala
Kambing Benggala diduga
merupakan hasil persilangan kambing Black Benggal dengan kambing Kacang yang
diduga dibawa pedagang bangsa Arab yang datang ke daerah sekitar Pulau Timor
dan Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur sebelum Jaman
Penjajahan Hindia Belanda. Black bengal sendiri merupakan kambing benggala
hitam yang tergolong kecil dan tersebar luas di Assam dan Bangladesh bagian
utara. Dengan selang waktu yang sudah ratusan tahun melalui persilangan
kambing tersebut mengalami penghanyutan genetik dan beradaptasi
dengan lingkungan setempat. Kambing Benggala secara umum lebih besar dari
kambing Kacang, umumnya di dominasi warna hitan dan yang sedikit berwarna
kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: Bentuk telinga sedang,
lurus kesamping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh
seperti patah di ujung, garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan
Ettawah (PE), garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan
kulit tetapi tidak pajang atau tebal, penampilan ambil sedang, tanduk tegak ke
belakang.
Berat rata-rata
kambing Benggala umur 6 bulan sekitar 13.8 kg, umur 9 bulan sekitar 18.9 kg,
umur 1 tahun (1 pasang gigi permanent) sekitar 22 kg, umur diatas
2 tahun (2 pasang gigi permanent) sekitar 25.8 kg, umur 3-4
tahun rata-rata bobot badan 31 kg. Induk kambing Benggala rata-rata
bobot badannya 37.9 kg (35-41 kg) dan pejantan kambing Benggala rata-rata 40 kg
(40-52.5kg). Berat badan kambing Benggala termasuk tipe sedang lebih besar dar
kambing Kacang dan lebih kecil dari kambing Peranakan Ettawah (PE). Kambing ini
termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup prolific (jumlah
anak sekelahiran lebih dari satu/ kembar). Kambing Benggala mempunai ambing
susu cukup bagus sehingga produksi susu relatip cukup untuk kebutuhan anak
walaupun kembar 2 atau tiga pada saat pra sapih (Fitra A. P, dkk. 2009).
Gambar 6. Kambing
Benggala
Kambing Kacang
Kambing Kacang (Capra
Hircus) adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di
Indonesia. Badannya kecil. Kambing Kacang merupakan kambing lokal
Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat
serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan
betina merupakan tipe kambing pedaging yang baik.
Ciri-ciri kambing
Kacang antara lain ukuran badan relatif lebih kecil dari jenis kambing lainnya,
memiliki kepala yang kecil, telinga tegak, mempunyai bulu yang lurus dan
pendek, bulu kambing pendek untuk seluruh tubuhnya, namun bulu panjang pada
ekor dan dagu. Kambing Kacang jantan memiliki bulu yang panjang sebatas garis
leher sampai pundak ,punggung hingga ekor dan pantat, memiliki warna tunggal
hitam, putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna tersebut. Kambing Kacang
betina maupun jantan memiliki tanduk yang pendek. Berat badan kambing jantan
dewasa bisa mencapai 35 kg, dan kambing betina dewasa bisa mencapai 30 kg.
Tinggi kambing jantan berkisar 60 - 70 cm, dan yang betina hingga 50 cm.
Gambar 7. Kambing
Kacang
Kambing Peranakan Etawah (PE)
Kambing Peranakan
Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawah (asal
India) dengan kambing Kacang. Kambing ini tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Penampilannya mirip kambing Etawah, tetapi lebih kecil. Kambing PE merupakan
kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah). Peranakan
yang penampilannya mirip kambing Kacang disebut Bligon atau Jawa Randu yang merupakan tipe pedaging. (Pamungkas et
al., 2009). Ciri-ciri Kambing PE: telinga panjang dan terkulai, panjang telinga
18–30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu kambing PE
jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang. Bulu kambing
PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan kambing PE jantan dewasa 40 kg
dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100 cm (Sang T).
Gambar 8. Kambing
Peranakan Etawah (PE)