Penyakit Kembung (Bloat) pada sapi
Yose Elfiranto, SST
Apakah Kembung/Bloat?
Gambar 1. Kembung (Bloat) pada Sapi
Selain diare, penyakit kembung
merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama
sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena
pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Ada
beberapa jenis kembung, namun yang akan lebih banyak diungkap disini adalah
kembung pada perut rumen (rumen bloat). Jenis lainnya adalah abomasum bloat
yang seringkali lebih fatal namun jarang terjadi pada sapi dewasa.
Rumen bloat pada ternak dapat
diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar, timbulnya kembung
disebabkan karena akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen hewan
ruminansia. Sebelum lebih jauh, mari kita melihat mengapa ini bisa terjadi.
Seperti kita ketahui, pencernaan
bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia dilakukan oleh ”kebun binatang”
di dalam perut sapi. Kebun binatang yang dimaksud disini adalah jasad mikro/mikroorganisme yang secara alamiah ada
di dalam perut yang bertugas melakukan
pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein.
Proses pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai
enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa adanya
mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam perut
ternak tidak akan dapat terjadi.
Namun di sisi lain, proses
pencernaan bahan makanan oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa
gas yang sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Nah
gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan melalui anus dengan cara
berkentut atau dengan bersendawa, gas akan terakumulasi di dalam rumen.
Seringkali bloat ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila
kejadian berlanjut dan tidak ditangani, akumulasi gas terjebak ini akan
membentuk buih/busa
(froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi sapi untuk mengeluarkannya.
Sapi
merupakan hewan ruminansia yang memiliki sistem pencernaan yang cukup kompleks.
Ciri khas dari sistem pencernaan pada sapi yaitu memiliki empat lambung. Dari
keempat lambung yang ada, salah satu yang paling menonjol adalah rumen. Rumen merupakan bagian yang berfungsi untuk poses
pencernaan berupa fermentasi makanan. Sebagian besar pakan pada sapi berupa
rumput-rumputan. Rumput-rumputan ini biasanya tersusun atas komponen-komponen
karbohidrat berupa selulosa.
Gambar
2.Empat ruangan lambung sapi
Dalam
proses pencernaan selulosa diperlukan proses fermentasi terlebih dahulu. Proses
fermentasi ini yang akan merombak komponen selulosa menjadi komponen
karbohidrat yang memiliki susunan molekul yang lebih kecil dan dapat diserap
oleh tubuh. Proses pencernaan berupa fermentasi dalam rumen utamanya dilakukan
oleh mikroorganisme dalam rumen. Proses pencernaan atau fermentasi makanan
dalam rumen juga menghasilkan gas, sebagian besar gas yang dihasilkan berupa
gas karbondioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Fungsi
fermentasi pada rumen yang cukup kompleks ini, bila mengalami gangguan salah
satunya dapat menyebabkan terjadinya kembung (Bloat).
Bentuk
kembung secara umum dapat dibedakan menjadi dua bentuk. Pertama adalah kembung
berupa gas yang terperangkap karena adanya penyumbatan. Kedua adalah kembung
berupa busa yang menghambat terjadinya pelepasan gas. Bentuk kembung berupa
busa merupakan bentuk yang cukup sering terjadi. Hal ini dimungkinkan karena
adanya masalah fermentasi pada rumen. Fermentasi rumen yang tidak sempurna
salah satunya dapat mengasilkan busa.
Pada
kasus kembung karena masalah fermentasi rumen, biasanya disebabkan oleh adanya
penambahan konsentrat dengan jumlah yang terlalu tinggi dalam pakan. Konsentrat
merupakan bahan yang memiliki kadar pati (karbohidrat dengan molekul
kecil/monosakarida) cukup tinggi. Peningkatan jumlah konsumsi konsentrat ini
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan fermentasi rumen. Peningkatan
fermentasi rumen menyebabkan jumlah gas yang dihasilkan semakin tinggi pula sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan volume rumen. Selain itu peningkatan
konsumsi konsentrat dengan kadar pati tinggi juga dapat meningkatkan derajat
keasaman dalam rumen atau asidosis. Kondisi keasaman yang tinggi dapat menekan aktivitas bakteri
selulolitik dalam rumen sehingga rumen tidak akan mampu mencerna
rumput dengan baik.
Kondisi
rumput yang masih basah juga merupakan salah satu penyebab dari terjadinya
kembung. Rumput yang basah juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya
peningkatan proses fermentasi. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan busa yang dapat menghambat pengeluaran gas. Pembentukan busa pada kasus
kembung juga dapat disebabkan oleh banyak faktor yang dihasilkan dari interaksi
antara hewan, mikroorganisme rumen, dan perbedaan dalam biokimia tanaman.
Selain
karena peningkatan produksi gas dalam rumen, kembung juga dapat disebabkan oleh
adanya penyumbatan dari jalan keluarnya gas dalam rumen. Penyumbatan yang
terjadi dapat berupa atoni rumen ataupun penyumbatan pada daerah esophagus yang
menyebabkan sapi tidak dapat bersendawa. Kedua hal di atas menyebabkan
terperangkapnya gas hasil fermentasi dalam rumen dan menyebabkan terjadinya
peningkatan volume rumen.
Biasanya
kembung akan terlihat setelah 15-30
menit setelah konsumsi pakan yang berkonsentrat tinggi. Pada kasus yang ringan
gejala kembung akan mengempis spontan dan kontraksi rumen akan normal kembali setelah 3-4 jam. Kondisi
kembung yang berlangsung lama menunjukkan gejala klinis yang khas. Sisi perut
bagian kiri mengembung/menonjol, jika ditepuk bersuara nyaring. Sapi akan
terlihat sesak nafas dan menendang-nendang bagian perut. Lesu dan tidak mau makan.
Pada anak sapi yang terkena kembung akan menunjukkan gejala kolik. Pada kasus
akut dapat menyebabkan kematian.
Pada
kasus kembung karena busa, dapat diberikan beberapa agent yang memiliki sifat
antibusa. Obat-obat tradisional yang memiliki sifat antibusa antara lain
minyak-minyak tumbuhan (Bakazha Oil dapat dibeli di peternakan wahyu utama).
Dapat dilakukan juga pemberian obat-obatan khusus untuk mengatasi kembung
seperti Bakazha Oil Extra. Selain itu juga
dapat dilakukan pemberian antibiotik untuk menekan produksi gas dalam rumen.
Pengobatan kasus kembung dapat
dilakukan sesuai dengan derajat keparahan dan penyebab penyakitnya. Pengobatan
dari kasus kembung diutamakan ialah pengeluaran gas terlebih dahulu. Pada kasus
akut dapat dilakukan dengan menusukkan jarum bertabung besar atau trokar
kedalam dinding rumen. Jarum atau trokar dapat ditusukkan pada bagian tengah
daerah segitiga legok lapar di bagian kiri tubuh sapi. Setelah itu dicari
penyebabnya, apabila terjadi obstruksi maka segera atasi obstruksi yang
terjadi.
Pada kasus kembung karena busa,
dapat diberikan beberapa agent yang memiliki sifat antibusa. Obat-obat
tradisional yang memiliki sifat antibusa antara lain minyak-minyak tumbuhan.
Dapat dilakukan juga pemberian obat-obatan khusus untuk mengatasi kembung
seperti timpanol, poloxalone, ataupun cresol. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberian antibiotik untuk menekan produksi gas dalam rumen.
Untuk mencegah terjadimya kasus
kembung di perlukan manajemen dan perencanaan yang baik, karena dapat
mengurangi secara signifikan jumlah kasus. Hindari pemberian pakan konsentrat
dalam jumlah yang banyak. Selain itu hindari juga pemberian rumput yang masih
segar dan basah. Usahakan rumput yang diberikan telah mengalami pelayuan
terlebih dahulu. Hindari pemberian pakan dari golongan leguminosa atau
kacang-kacangan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kembung. Penyediaan air
minum secara tidak terbatas (ad libitum). Pencegahan penyakit kembung akan
lebih mudah dilakukan dari pada mengobatinya.
Pengobatan
kasus kembung dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan penyebab
penyakitnya. Pengobatan dari kasus kembung diutamakan adalah pengeluaran gas
terlebih dahulu. Pada kasus akut dapat dilakukan dengan menusukkan jarum
bertabung besar atau trokar kedalam dinding rumen. Jarum atau trokar dapat
ditusukkan pada bagian tengah daerah segitiga legok lapar di bagian kiri tubuh
sapi. Setelah itu dicari penyebabnya, apabila terjadi obstruksi maka segera
atasi obstruksi yang terjadi.
Gambar
3. Membuat lubang di lambung atas untuk mengurangi gas
dalam rumen
Gambar 4. Hijauan
penyebab Bloat
Kapan Bloat Terjadi dan Pencegahannya?
Banyak
faktor yang dapat menyebabkan bloat. Beberapa yang bisa disebutkan antara lain:
1) Genetik atau keturunan (meskipun hal ini juga sulit dibuktikan)
2) Jenis, dan jumlah kandungan protein tertentu di dalam bahan
pakan
3) Jumlah dan kecepatan asupan makanan
4) Tekstur bahan pakan
5) Populasi mikroba tertentu dalam rumen
Selain
hal-hal diatas, hal-hal lain yang dapat berkontribusi pada terjadinya kembung sangat beragam, bisa dari suhu dan cuaca, tingkat stress,
kebersihan, atau ketersediaan air. Sehingga kita harus memperhitungkan
faktor-faktor diatas ketika ingin mencari penyebab dari bloat secara lebih
spesifik.
A.
ETIOLOGI
Penyakit kembung (Bloat) merupakan salah satu penyakit yang sering
menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele,
sebaiknya kita selalu waspada, karena pada kasus yang berat dapat berakibat
fatal dan kematian pada ternak. Bloat pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak
faktor. Namun secara garis besar, timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi
gas yang berlebihan di dalam rumen hewan ruminansia. Seperti kita ketahui,
pencernaan bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme
di dalam perut ternak. Mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam perut
yang bertugas melakukan pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama
protein. Proses pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan
berbagai enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak.
Tanpa adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan
di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses
pencernaan bahan makanan oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa
gas yang sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas
inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan melalui anus dengan cara berkentut
atau dengan bersendawa akan terakumulasi didalam rumen. Seringkali kembung
ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian
berlanjut dan tidak ditangani maka akumulasi gas terjebak ini akan membentuk
buih/busa (froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi ternak untuk
mengeluarkannya.
Gambar 5. Derajat
Keparahan Bloat
Perut kembung atau Bloat adalah
suatu keadaan mengembangnya rumen akibat terisi oleh gas yang berlebihan. Hal
ini terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat pengeluaran
gas. Produksi gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi akan
memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya konsentrasi
protein terlarut yang terdapatdi dalam rumen.
Gas yang terbentuk akan menetap di rumen dalam bentuk gelembung-gelembung
kecil yang tidak merangsang terjadinya reflek bersendawa sehingga rumen
mengembung.
Bloat merupakan indigesti akut
yang disertai dengan penimbunan gas di dalam rumen dan retikulum ruminansia
yang penuh berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi yang
berlebihan yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Hal ini
terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehinfga menghambat pengeluaran
gas.
Bloat disebabkan oleh penyebab
primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer adalah akibat dari fermentasi
makanan yang berlebihan kemudian hewan tidak mampu mengeluarkan gas, sehingga
gelembung-gelembung gas akan terakumulasi yang merupakan penyebab kembung.
Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal yang terjadi
pada daerah esophagus yang disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari
perluasan jalan keluar esophagus.
Makanan yang difermentasi misalnya hijuan
segar yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi. Hijauan
leguminosa mudah berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh karena itu, pemberian
hijauan leguminosa segar yang berlebihan dapat menyebabkan Bloat. Pemberiaan
makanan konsentrat yang terlalu banyak pula dapat menyebabkan Bloat, terutama
konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun dapat juga menjadi
penyebab perut kembung. Bloat biasanya terjadi pada sapi, kerbau dan kambing.
Gambar 6. Pemberian fermentasi berlebihan
dapat menyebabkan Bloat
B.
PATOGENESIS
Pada ruminansia (sapi) Bloat biasa disebabkan karena konsumsi leguminosa
yang banyak atau gangguan dalam esophagus dan alat tubuh lain. Faktor yang
mendorong terjadinya Bloat antara lain viskositas dan tegangan permukaan cairan
rumen, aliran dan susunan air liur dan aktivitas mikroba. Air liur mengandung
protein mucin yang mencegah terjadinya timbulnya busa pada air liur. Penguraian
protein tersebut yang mungkin terjadi karena aktivitas bakteri menimbulkan
terbentuknya busa dalam rumen. Banyaknya air liur juga berpengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya Bloat. Sapi dengan air liur yang sedikit lebih beresiko.
Aktivitas mikroba akibat peningkatan jumlah sukrosa dalam rumen juga
memiliki pengaruh dalam pembentukan gas. Metabolisme sukrosa oleh bakteri
menghasilkan gas yang akan terperangkap dalam biofilm yang terbentuk oleh
bakteri tersebut, sehingga menjadi gelembung yang memenuhi rumen. Dalam kondisi
normal, kelebihan gas pada rumen akan dikeluarkan melalui mekanisme eruktasi.
Gangguan pada reflek eruktasi menyebabkan tidak bisa keluarnya gas dari
rumen, sehingga terjadi Bloat.
Gangguan reflek eruktasi berkaitan dengan
gangguan pada esophagus dan alat tubuh lain. Saat terjadi penumpukan gas, rumen
bereaksi dengan kontraksi yang lebih sering dan lebih kuat dari keadaan normal.
Karena kecepatan pembentukan gas melebihi kemampuan rumen untuk mengeluarkan
ditambah dengan gangguan eruktasi menyebabkan penumpukan gas yang banyak.
Kekuatan kontraksi rumen juga akan menurun dan mungkin hilang tonusnya. Volume
rumen akan terus membesar karena gas yang terbentuk semakin banyak. Rumen akan
mendesak ke arah rongga dada dan menimbulkan gangguan pernafasan. Dari titik
tersebut kematian bisa terjadi jika tidak ditangani.
C.
GEJALA KLINIS
1)
Ternak nampak resah
2)
Ada rasa sakit
3)
Sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar) dibanding normalnya,
4)
Bila perut ditepuk-tepuk mirip suara drum
5)
Tekanan intra rumen mengakibatkan:
Pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan
meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada sehingga menyebabkan
kesulitan bernafas yang ditandai dengan pernafasan dada yang cepat dan dangkal.
Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila
kondisi ini berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan kematian
dalam beberapa menit.
6)
Hewan tampak gelisah
7)
Berbaring pada posisi bagian kanan bawah.
8)
Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
9)
Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya
kekurangan oksigen dan mendekati kematian.
10)
Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong
11)
Ternak cenderung menendang dengan kaki belakang.
Gambar 7. Sisi perut sebelah
kiri nampak menonjol (membesar)
D.
PENYEBAB
Penyebab perut kembung antara lain:
1) Pemberian leguminosa (kacang-kacangan)
secara berlebihan. Daun legum yang mengandung kadar air dan protein yang tinggi
menghasilkan asam-asam yang tidak mudah menguap seperti sitrat, malat dan
suksinat. Asam-asam ini akan segera menurunkan pH rumen dalam waktu 30-60 menit
pasca pemberian daun legum.
2) Pemberian rumput terlalu muda secara
berlebihan atau karena tidak dilayukan.
3) Adanya sumbatan pada kerongkongan,
selain itu bloat dapat juga terjadi pada ternak yang pergerakannya
terbatas.
4) Merumput pada lahan yang baru dipupuk,
makan buah terlalu banyak, memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang
dapat menahan keluarnya gas dari perut.
E. PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI
Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian
karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya
terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya
manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin
dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak
dan mengakibatkan perut sapi membesar ke samping. Secara umum apabila di bedah
akan terjadipembesaran pada perut bagian kiri atas dan cukup keras, bila
ditepuk akan terasaada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong.
Dalam seksi ditemukan kolon dan sekum yang mengalami distensi dengan dindingnya
yang berwarna pucat kebiruan. Apabila penimbunan gas disebabkan oleh obstruksi,
penyebab obstruksi akan ditemukan.
F.
DIAGNOSA
Untuk mendiagnosa Bloat bisa dilakukan beberapa cara:
- Berdasarkan gejala klinis
Pada dasarnya tidak sulit untuk
melakukan diagnosa Bloat karena pada penderita Bloat gejala yang tampak sangat
jelas dan mudah dikenali, terutama adanya pembesaran lambung di daerah fossa
paralumbalis.
Gambar 8. Pemeriksaan bedah bangkai
- Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
ü
Pada pemeriksaan abdomen yang pertama dilakukan adalah Inspeksi dengan
mengamati perubahan-perubahan pada bagian abdomennya. Hal yang mudah dikenali
adalah adanya pembesaran abdomen sebelah kiri. Meski sesuai susunan anatominya
abdomen sebelah kiri memang lebih besar daripada abdomen sebelah kanan, namun
pada penderita Bloat abdomen sebelah kirinya akan lebih besar dari normal dan
terasa keras.
ü
Selanjutnya dilakukan auskultasi, dengan cara menekankan stetoskop pada
bagian fossa paralumbalis. Pada ruminansia penderita Bloat saat dilakukan auskultasi tidak terdengar adanya kontraksi dari rumen ataupun
suara gemericik (gurgling) seperti halnya pada ruminansia normal. Palpasi
dilakukan dengan cara menekankan kepalan tangan ke daerah fossa paralumbalis.
Saat ditekan inilah akan terasa bahwa abdomen penderita Bloat terasa sangat
keras dan tegang yang disebabkan penimbunan gas pada bagian rumennya sehingga
menekan rongga abdomen untuk lebih membesar. Kemudian masih dengan cara yang
sama yakni dengan menekankan kepalan tangan ke fossa paralumbalis, hitung
frekuensi pergerakan/motilitas rumen dan tonus rumen. Pada ruminansia yang
menderita Bloat motilitas rumen dan tonus rumennya akanmengalami penurunan.
- Catatan pemberian pakan dan penggembalaan.
- Memasukkan Stomach Tube ke dalam rumen.
Cara yang terakhir ini
berfungsi untuk membedakan apakah hewan menderita Kembung atau Bloat. Jika saat
Stomach Tube sudah dimasukkan ke dalam rumen dan yang keluar adalah isi rumen
dengan konsistensi berbusa maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut menderita Bloat.
G.
DIAGNOSA BANDING
1) Peritonitis atau infeksi pada rongga
abdominal
2) Water belly atau pecahnya kandung kemih
3) Bunting tua
4) Akumulasi cairan abnormal dalam uterus
selama kebuntingan
5) Displacement abomasum kiri atau kanan
6) Vagal indigestion
7) Intestinal volvulus (twisted intestines)
8) Ascites (akumulasi cairan di dalam rongga
peritoneal) atau pneumoperitoneum (akumulasi udara di dalam rongga peritoneal).
Gambar 9. Isi
rumen sapi
H.
PROGNOSA
Ramalan kelanjutan penyakit biasanya tidak menguntungkan penderita atau dapat
mengaibatkan kematian jika lambat dilakukan pertolongan ataupun bersifat
fausta-infausta.
I.
TERAPI
1.
Trokarisasi
Pertolongan
untuk mengurangi distensi perlu segera diberikan. Trokarisasi dengan trokar
dilakukan pada bagian perut yang mengalami tingkat destensi paling besar
sebelah kanan atau kiri. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi
secukupnya. Kadang pembebasan gas dengan trokar mengundang resiko terjadinya
peritonitis.
Gas
dikeluarkan dengan cara menusukkan cannula pada perut ternak bagian
sebelah kiri langsung pada rumen. Supaya tepat, tandai perut sapi dengan
menggunakan gambar segitiga yang menghubungkan titik tulang pinggul,
titik rusuk akhir dan titik transverssus processus, tusukan cannula
tepat dititik tengah segitiga ke dalam rumen melewati peritoneum. Pengeluaran
gas dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara menarik trocar perlahan-lahan
agar isi rumen tidak tersedot keluar dan menyumbat pipa trocar.
Setelah gas
dapat dibebaskan segera dimasukkan obat- obat antizymotik antara lain
formalin atau chloroform sebanyak 30 ml, minyak terpentin 15-30 ml,sediaan
yodium atau obat merah secukupnya. Obat-obat Antyzomotic ini yang akan
menurunkan proses fermentasi mikroba, sehingga jumlah gas (frothy bloat) secara
berangsur-angsur turun. Apabila gas telah di bebaskan, pemeriksaan rectal
selanjutnya dapat membantu menentukan ada tidaknya obstruksi.
Pemberian
laksansia rigan misalnya minyak mineral 2-4 L dapat menimbulkan peristaltic
lagi serta melicinkan jalanya pengeluaran tinja. Untuk mengurangi rasa
sakit pemberian aspirin atau dipyrone (Novin) 50%, 10- 20 mldapat
dipertimbangkan. Obat-obat suportif lain, misalnya penguat jantung dancairan
elektrolit dapat diberikan bila dipandang perlu.
2.
Stomach Tube
Stomach tube
merupakan metode yang banyak digunakan untuk mengeluarkan gas dan tekanan
dari rumen karena lebih aman dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif
kecil. Stomach Tube (ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan
melalui mulut dengan bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan mengunyah
tubenya. Kerja dari Stomach Tube ini relatif cepat yaitu sekitar 1 menit.
3.
Secara Medis
a) Anti Bloat (bahan
aktif: Dimethicone).
ü Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan
dengan 500 ml air,
ü Kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan
dengan 250 ml air, kemudian diminumkan.
b) Dimethicone bekerja dengan cara menurunkan
tegangan permukaan, sehingga gelembung-gelembung gas dalam rumen terurai
menjadi gelembung-gelembung kecil kemudian bergabung sehingga dapat dikeluarkan
dari saluran pencernaan.
c) Wonder Athympanicum
ü Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50
gram,
ü Kambing/ domba: 5 – 20 gram,
dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan.
d) BAKAZHA OIL
ü Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml
ü Dosis Untuk Kambing : 15 ml -30ml
J.
PENCEGAHAN
1) Pemberian pakan sesuai aturan, misalnya
komposisi rumput dan leguminosa yang benar
2) Hijauan yang akan diberikan hendaknya
dilayukan terlebih dahulu
3) Jika ada ternak yang kembung, upayakan
untuk tetap berdiri atau bergerak
4) Jika mungkin mulut tetap terbuka atau
tetap usahakan mengunyah supaya air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau kayu dalam mulut supaya ternak mengunyahnya dan air liur
keluar
5) Selama musim hujan sebaiknya ternak
diberi pakan kasar sebelum dilepas di padang penggembalaan yang basah
6) Ternak jangan digembalakan terlalu pagi
ketika rumput masih basah dan hindari
7) Memberi ternak dengan rumput atau
daun-daun muda dan tanaman leguminosa (kacang-kacangan)
8) Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
9) Jangan memberikan makanan yang sudah
rusak/busuk/berjamur
10) Hindari pemberian rumput/hijauan yang
terlalu banyak, lebih baik memberikan sedikit demi
sedikit tetapi sering kali.
Penanganan Kembung (Bloat) dan Diare pada sapi muda (Pedet)
Pedet merupakan cikal bakal induk. Bila tidak
dipelihara dengan baik tentu pada akhirnya indukan yang dihasilkan memiliki
kualitas yang kurang bagus. Penyakit yang sering dialami pedet yaitu diare dan
kembung (Bloat).
A.
Diare
(Mencret)
Diare sering menyerang pedet. Diare merupakan sebuah
kata umum yang digunakan untuk menggambarkan keadaan sapi yang mengalami sakit
mencret. Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi
lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih
komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Diare pada ternak, seperti pada
manusia, dapat terjadi ketika pergerakan cairan tubuh dalam sistem pencernaan
mengalami gangguan. Biasanya selalu berakibat kehilangan cairan atau dehidrasi.
Cairan tubuh yang keluar ini juga membawa garam-garam mineral atau elektrolit.
Kehilangan cairan ini akan merubah keseimbangan kimiawi tubuh, yang pada
akhirnya akan menimbulkan stress dan depresi dan dapat berujung pada kematian.
Rehidrasi, sebuah terapi pada ternak dengan memberikan air dan suplemen
elektrolit yang dapat membantu meredakan efek diare dan memulihkan keseimbangan
tersebut. Secara umum, diare dibagi dua kategori, diare yang dibebabkan oleh
ketidakseimbangan nutrisi (non-infeksius) dan diare yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme.
ü
Diare non
infeksius
Diare non infeksius biasanya disebabkan oleh perubahan
(yang mendadak) dari program pemberian pakan. Bisa terjadi ketika pedet yang
asalnya mengkonsumsi susu sebagai satu satunya sumber nutrisi, tumbuh dewasa
dan mulai makan serat kasar atau hijauan sebagai suplemen. Atau bisa juga
terjadi ketika pemberian susu buatan (CMR-Calf Milk Replacement) tidak sesuai
takaran, terlalu dingin atau bahkan basi. Meskipun seringkali tidak sangat
berbahaya dan tidak sampai menyebabkan kematian, diare non-infeksi ini
(terutama pada sapi muda/pedet) dapat dengan cepat melemahkan tubuh yang pada
gilirannya dapat menyebabkan ternak rentan terkena diare infeksi atau penyakit
lain yang lebih parah.
ü
Diare
infeksius
Diare jenis ini merupakan masalah terbesar terutama
pada sapi pedet. Bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau protozoa.
Oleh sebab itu, identifikasi terhadap sumber penyebab diare merupakan sebuah
langkah penting dalam membuat program pencegahan diare.
a) Infeksi bakteri
Bakteri ini menghasilkan semacam protein yang bersifat racun yang dapat
menganggu dinding usus. Ternak memberi reaksi terhadap racun ini dengan memompa
air dalam jumlah banyak ke dalam usus dengan tujuan untuk membilas atau
menyiram racun ini. Beberapa bakteri yang bertanggung jawab terhadap infeksi
ini adalah berasal dari jenis E. coli, Salmonella, dan Clostridium.
b) Infeksi Virus
Virus menyerang lapisan penyerapan. Virus masuk kedalam sel dan menggunakan
bahan bahan sel tersebut untuk reproduksinya. Ketika sel yang menjadi tempat
berkembang biak penuh oleh virus, sel tersebut pecah dan mengeluarkan
virus-virus baru untuk menyerang sel lain lebih banyak. Infeksi yang disebabkan
virus menyebabkan pedet menjadi lebih rentan terhadap serangan infeksi bakteri
lain. Rotavirus dan Coronavirus memiliki cara kerja yang sama dan merupakan “tertuduh”
utama pada kasus diare pada pedet. Kedua organisme tersebut banyak terdapat
pada sapi dewasa dan paparan pada sapi sapi muda menjadi sangat umum. Gejala
yang ditimbulkan adalah mencret parah, hampir tidak ada demam, depresi dan
dehidrasi hebat. Seringkali terjadi pengeluaran saliva (air liur) dan sering
mengejan. Biasanya terjadi sampai pada 10 - 14 hari sejak kelahiran, khususnya
10 hari pertama. Pada kasus ini antibiotik tidak efektif terhadap virus, tapi
dapat membantu melawan infeksi bakterinya.
c) Infeksi Protozoa
Organisme (Coccidia & Cryptosporidia) ini masuk kedalam tubuh melalui
makanan dan air yang terkontaminasi dan dapat hidup dalam kondisi dormant
(suri) di tanah dan kotoran ternak selama 1 tahun. Ketika sampai di dalam usus,
telur (oocyst) dari protozoa ini menetas dan berkembang biak. Menempel dan
masuk ke dalam jaringan sel pada lapisan usus, menghambat pencernaan dan
penyerapan makanan. Gejala infeksi subklinis kronis tidak begitu jelas,
biasanya ternak menderita dan mengurangi konsumsi pakan sehingga pertumbuhan
terhambat. Infeksi akut menyebabkan diare (terkadang disertai darah), depresi,
kehilangan berat badan dan dehidrasi. Tapi biasanya pedet tetap makan. Coccidia
memiliki siklus hidup 21 hari. Sehingga pada pedet usia dibawah itu (18 - 19
hari) jarang yang terinfeksi. Cryptosporidia biasanya ditemukan pada pedet usia
7 - 21 hari. Secara umum menginfeksi bersama rotavirus, coronavirus dan E.
coli.
Karena masalah utama dari pedet yang diare adalah kehilangan cairan, maka
tindakan terhadap pasien yang pertama harus ditujukan untuk memperbaiki kembali
keseimbangan cairan tubuh. Selanjutnya adalah tindakan pemberian antibiotik dan
perawatan yang baik.
Cairan (dalam hal ini air) sangat penting, tapi harap di ingat, selain
cairan, diare juga menghilangkan garam garam elektrolit. Dan tanpa elektrolit
dalam proporsi yang seimbang, cairan saja tidak dapat diserap tubuh. Sekitar
70% dari bagian tubuh pedet terdiri dari air. Tanda tanda klinis dehidrasi
biasanya mulai terjadi saat 5 - 6 persen cairan tubuh hilang. 10 persen
kehilangan cairan berakibat depresi, mata sayu, kulit kering dan sangat mungkin
pedet tidak bisa berdiri. Pada 15 persen, biasanya berakibat kematian.
Konsultasikan dengan dokter atau mantri hewan mengenai elektrolit yang
dapat diberikan secara oral. Apabila cairan elektrolit tidak tersedia, kita
dapat membuat sendiri. Cara membuatnya pun cukup mudah yaitu :
ü
Resep Cairan
Elektrolit untuk Diare
a) 3 kotak kecil kaldu sapi instan atau bisa juga
menggunakan 1 sachet kaldu sapi.
b) 1 sachet agar agar bubuk, merek burung camar
c) 2 sendok garam
d) 2 sendok soda kue/baking soda/sodium
bicarbonate/NaHCO3
Campurkan bahan diatas dengan air hangat hingga
mencapai 2 liter. Berikan perlahan lahan, 1 liter larutan elektrolit ini setiap
3 - 4 jam. Jangan dulu berikan susu, minimal 24 jam setelah pemberian
elektrolit, karena susu merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri E.
coli. Apabila pedet sudah bisa minum dari dalam ember (sebaiknya diajarkan
sedini mungkin), biarkan pedet meminumnya, tapi awasi jangan sampai terlalu
cepat. Bila tidak, buatlah botol dot dengan cara membuat dari botol air mineral
kemasan 1 liter. Beri selang yang dimampatkan di ujungnya. Beri lubang sedikit
agar cairan dapat keluar perlahan lahan.
Secara umum, selain kehilangan cairan, kondisi diare
menyebabkan sistem pencernaan menjadi asam. Oleh karena itu, selain terapi
cairan dan elektrolit, perlu juga diberikan larutan suspense alkali. Yang dalam
resep diatas berupa soda kue. Bila tidak tersedia, kiranya 2 liter air hangat
ditambah 2 sendok makan garam pun dapat membantu. Selain resep diatas, ada
beberapa resep lain yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal
diare pada sapi, baik sapi pedet maupun sapi dewasa.
Efektif jika diberikan daun sirsak, daun pisang atau
campuran 10 cc getah pepaya dengan 100 cc air. Ada juga yang mempercayai bahwa
daun nangka bisa berkhasiat menghentikan diare. Perlu di ingat bahwa tindakan
tindakan ini hanya untuk membantu meredakan diare, bukan untuk mengobati
infeksi (bila ada) yang terjadi. Konsultasikan selalu dengan dokter atau mantri
hewan untuk tindakan selanjutnya atau perawatan antibiotik.
B. Kembung (Bloat)
Selain diare, penyakit kembung merupakan salah satu
penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba.
Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena pada kasus yang
berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Ada beberapa jenis
kembung, namun yang akan lebih banyak diungkap disini adalah kembung pada perut
rumen (rumen bloat) yang umum menyerang pedet. Beberapa gejala yang tampak
ketika ternak mengalami kembung yaitu:
ü
Perut bagian
kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara
dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong, persis ketika kita merasa
kembung.
ü
Ternak
merasa tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya.
ü
Ternak sulit
bernafas atau bernafas melalui mulut.
ü
Sering
berkemih/kencing,mengejan.
ü
Pada kasus
yang berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati.
ü
Perut
menjadi tegang.
ü
Anus
menonjol.
ü
Nafas
ngos-ngosan.
ü
Lidah kebiruan.
Meskipun sudah melakukan langkah-langkah pencegahan, Bloat masih
dapat terjadi. Memanggil dokter atau mantri hewan merupakan tindakan yang
dianjurkan. Namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai
keterbatasan.
Beberapa Tindakan Yang Dapat Dilakukan
Tindakan yang dapat dilakukan oleh peternak baik secara
tradisional maupun medis modern untuk mengobati kembung diantaranya adalah:
1)
Ganti menu
hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada Bloat ringan.
Membawa ternak berjalan jalan juga dapat membantu. Terutama bagi pedet yang
baru berlatih memakan hijauan.
2)
Bila masih
berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau
lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih. Berikan BAKAZHA
OIL sebanyak 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak
1 liter juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat modern
anti foam untuk mengobati Bloat juga tersedia dalam berbagai merek, dapat
diperoleh di toko-toko obat hewan.
3)
Dengan
menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang
dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal sampai
mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini
sering disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun
cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya mintakan
saran pada dokter hewan atau latihan dahulu sebelum bloat terjadi.
4)
Apabila cara
diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri
sementara dokter hewan belum datang, kita harus melepaskan tekanan gas dengan
paksa dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar
(semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri
atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang
tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum
suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat
lubang sedalam kira-kira 2,5cm. Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi
diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian tindakan ini sebaiknya
dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek rumen. Apabila
ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk
menghindari infeksi.
5)
Selain cara
di atas terdapat beberapa alternative pengobatan lain, yaitu poloxalene 100-
200 gram, pil kembung 2 - 4 butir.
Beberapa pendapat peternak tentang cara pengobatan kembung
secara tradisional adalah:
1)
Beberapa
peternak mengklaim dengan memberikan air soda (sprite) 1 – 2 botol dapat
membantu. Bila ditelusuri, soda dapat memudahkan sendawa. Namun demikian perlu
diteliti lebih lanjut, jangan sampai kandungan gas (karbondioksida) pada soda
malah terjebak dan memperparah bloat.
2)
Pemberian
daun nangka muda dapat mengobati sakit perut. Peternak juga suka memberikan
daun nangka ini pada ternak yang mengalami bloat.
3)
Memberikan
air kelapa muda. Air kelapa mengandung mikroorganisme probiotik, sehingga
kemungkinan dapat membantu.
4)
Memasukkan
pelepah atau daun pepaya pada anus ternak yang mengalami bloat. Pepaya
mengandung pektin yang sering digunakan sebagai obat diare.
Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang
dapat ditemukan antara lain:
1)
Daun kentut
atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan
haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam
botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa. Sapi pedet diberikan
separoh.
2)
Getah pepaya
2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan tambah
air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi
pedet.
Secara umum pengendalian penyakit yang paling baik adalah menjaga kesehatan
sapi pedet dengan tindakan pencegahan, antara lain:
1)
Menjaga
kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan.
2)
Sapi yang
sakit dipisahkan dari sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3)
Mengusakan
lantai kandang selalu kering.
4)
Memeriksa
kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Berdasarkan pengamatan dan studi literatur, penulis beranggapan
bahwa makanan adalah faktor dominan penyebab kembung. Makanan yang dimaksud
disini adalah pola asupan pakan dan menu. Bila ditelusuri lebih jauh,
pembentukan gas yang berlebihan sering diasosiasikan pada kondisi-kondisi
berikut, yang semuanya saling berkaitan:
ü
Hijauan
segar sangat disukai ternak, dengan kondisi perut yang lapar di pagi hari,
tingkat asupan rumput akan semakin tinggi. Ternak akan sangat lahap
mengkonsumsi hijauan yang langsung masuk ke dalam rumen.
ü
Hijauan pada
usia muda memiliki kandungan nutrisi puncak. Nutrisi yang tinggi ini juga
sangat digemari oleh mikroba.
ü
Hijauan di
pagi hari memiliki kandungan embun dan air yang tinggi yang sering
diasosiasikan sebagai pemicu bloat.
ü
Hijauan di
awal musim hujan sedang berada pada tahap pertumbuhan pesat dan nutrisi tinggi.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya kejadian bloat pada awal musim hujan.
Dimana setelah melewati musim kemarau, ternak kangen terhadap rumput segar dan
mengkonsumsinya dengan lahap.
ü
Hijauan yang
baru diberi pupuk juga sedang dalam kondisi pertumbuhan pesat dan nutrisi
tinggi. Jenis leguminosae (kacang-kacangan) tertentu ditenggarai dapat memicu
bloat selain karena kandungan protein yang tinggi.
Gambar 10. Hijauan harus dilayukan sebelum
diberikan
Kondisi diatas memicu aktivitas mikroba yang tinggi di
dalam rumen. Seperti telah disinggung, aktivitas mikroba yang tinggi akan
meningkatkan produksi gas dan pada gilirannya mengakibatkan bloat.
Tidak ada tindakan pencegahan yang terbukti 100%
berhasil, namun demikian untuk meminimalisir kejadian bloat, kita dapat
melakukan hal-hal berikut:
ü
Jangan
memberikan hijauan atau leguminosae segar, apalagi yang berusia muda di pagi
hari. Berikan sarapan pada sapi rumput kering atau hijauan yang telah
dilayukan. Beberapa penelitian menyebutkan, pelayuan selama 2 – 3 jam sudah
cukup menurunkan kandungan air. Suatu kebiasaan yang baik apabila peternak
memberikan terlebih dahulu hijauan yang dipanen pada hari kemarin untuk
diberikan pada pagi hari ini. Bila tidak tersedia hijauan kering, berikan
konsentrat atau hijauan segar dalam kuantitas yang kecil dan perlahan-lahan.
ü
Jangan
lepaskan ternak di padang penggembalaan di pagi hari apalagi dalam keadaan
perut kosong. Awali dengan rumput kering untuk meredakan nafsu makan atau
tunggu ketika matahari mulai naik dan embun sudah menguap. Hal yang sama juga
berlaku apabila rumput penggembalaan basah oleh air hujan.
ü
Observasi
ternak di padang penggembalaan minimal 2 jam setelah diumbar. Pada rentang
waktu ini biasanya bloat terjadi. Bila terlihat ada gejala, jangan terburu-buru
menariknya dari grazing area, seringkali bloat dapat sembuh dengan sendirinya.
Apabila gejala berlanjut, segera beri tindakan.
ü
Pastikan
perut ternak terisi rumput kering/hay/serat sebelum digembalakan pada awal
musim hujan. Hal ini akan mengurangi asupan rumput segar sehingga memungkinkan
rumen lebih mudah beradaptasi dengan menu baru yang segar perlahan-lahan.
ü
Berikan
hijauan dalam bentuk kasar. Jangan potong kecil-kecil hijauan. Semakin kasar
potongan hijauan (misalnya hijauan utuh) akan semakin lambat mikrobial rumen
mencerna sehingga meminimalkan kemungkinan bloat.
ü
Cara
pemberian hijauan (dan konsentrat) sedikit demi sedikit tapi dengan frekuensi
yang sering adalah paling baik, sayangnya ini akan merepotkan peternak sendiri.
ü
Beberapa
ternak seringkali mengalami bloat berulang yang kronis. Mungkin disebabkan oleh
faktor genetis. Bisa dipertimbangkan untuk di afkir saja. Karena sebagian besar
penyebab bloat adalah proses pencernaan oleh mikroorganisme, pemberian
probiotik terutama pada sapi muda dapat membantu memperbaiki fungsi rumen.
ü
Ada beberapa
obat khusus untuk pencegahan seperti pemberian anti-bloat yang disisipkan pada
pakan (ionophore), antibiotik (oxytetracycline, penicillin), deterjen khusus
ataupun anti-foam, namun untuk kondisi sebagian besar peternak di Indonesia hal
ini kurang applicable sehingga tidak akan dibahas lebih lanjut disini.
Kesimpulan
Bloat pada ternak ruminansia merupakan hasil dari
beragam faktor. Elemen yang ditemukan paling berperan adalah fermentasi bahan
makanan oleh mikrobial rumen yang menghasilkan gas yang tidak dapat
dikeluarkan. Rumen, bloat biasanya terdeteksi dengan menggelembungnya perut
kiri sedangkan abomasum bloat khas terjadi pada perut sebelah kanan.
Daftar skenario penyebab dan pengobatannya merupakan
daftar yang panjang. Isu-isu manajemen dan contoh kasus diatas ditampilkan
bukan untuk menampilkan daftar panjang tersebut, melainkan untuk menstimulasi
pemikiran dan memfasiltiasi evaluasi kita bersama. Dengan mengevaluasi dan
mengatur cara kita berinteraksi dengan hewan dan manajemen kandang, banyak
faktor yang berperan dalam bloat dapat kita hilangkan atau minimalkan.
Penanganan yang terlambat akan membahayakan ternak
tersebut. Diperlukan kejelian dan ketelitian peternak dalam penanganan kasus
Bloat, sehingga dapat mencegah resiko kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1994. Obat Tradisional
Ternak Sapi. Lembar Informasi BIP Irian Jaya No. 139/94. Balai Informasi
Pertanian Irian Jaya.
Anonimus. 2006. Diare pada Sapi
Pedet. http://manglayang.blogsome.com/ 2006/04/06/kct-diare-pada-sapi-pedet/
Anonimus. 2006. Kembung pada
Sapi. http://manglayang.blogsome.com/2006/ 04/06/kct-2-bloat/
Blowey RW. 2004. Digestive
Disorders of Calves. Andrews AH, Editor: Bovine Medicine Diseases and Husbandry
of Cattle Second edition. State Avenue: Blackwell Publishing Company
Muharlien, Tri Eko Susilorini, dan Manik Eirry
Sawitri. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta. Penebar Swadaya.
Purnomo, C. 2010. Waspadai
Kembung Perut Ternak Sapi. Jambi Independent Online. http://www.jambi-independent.co.id/jio/index.php?option=com
content&view=article&id=6766:waspadai-kembung-perut-ternak-sapi&
catid=3:jambitimur&Itemid=5
Subronto. 2003.Ilmu Penyakit
Ternak (Mamalia I).Edisi Kedua. UGM Pers. Yogyakarta.
Sudarmono, A S dan Y Bambang Sugeng. 2008. Sapi
Potong: Pemeliharaan, Perbaikan Produksi Bisnis, Analisis Penggemukan. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Suwandi. 2008. Jamu untuk Ternak
dari Bahan-Bahan Alami di Sekitar Kita. http://ternaksapiku.blogspot.com/2008/11/jamu-untuk-ternak-dari-bahan-bahan.html
Trinur Hayati. 2006. Pakan Nutrisi Hewan. Power Point.
informasi yang bermanfaat, terimakasih banyak..
BalasHapushttp://obatasliindonesia.com/pengobatan-diare-herbal-terbaik/
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusartikel ini sangat bagus dan bermanfaat
BalasHapusjangan lupa kunjungi website kami :
www.cvpradiptaparamita.blogspot.co.id