Selasa, 04 Februari 2014

Penyakit Kembung (Bloat) pada sapi



Penyakit Kembung (Bloat) pada sapi

Yose Elfiranto, SST

Apakah Kembung/Bloat?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH9eGFrJno07GG-mM2cfhOkYK6rh29Ze1skHXnQwKWIlzcReeJYYzrXFcEZ-4xRYPbomBCSdL_M5Zcko7bZSk1brdHucTmRiIL_SVixjkUxcCMMdwy-wQhEkumhDyDG5t7F0M4WS29a3w/s1600/IMG_2976.JPG

Gambar 1. Kembung (Bloat) pada Sapi

Selain diare, penyakit kembung merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Ada beberapa jenis kembung, namun yang akan lebih banyak diungkap disini adalah kembung pada perut rumen (rumen bloat). Jenis lainnya adalah abomasum bloat yang seringkali lebih fatal namun jarang terjadi pada sapi dewasa.
Rumen bloat pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar, timbulnya kembung disebabkan karena akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen hewan ruminansia. Sebelum lebih jauh, mari kita melihat mengapa ini bisa terjadi.
Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia dilakukan oleh ”kebun binatang” di dalam perut sapi. Kebun binatang yang dimaksud disini adalah jasad  mikro/mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam  perut yang bertugas melakukan pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak. Tanpa adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi.
Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Nah gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan melalui anus dengan cara berkentut atau dengan bersendawa, gas akan terakumulasi di dalam rumen. Seringkali bloat ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani, akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi sapi untuk mengeluarkannya.
Sapi merupakan hewan ruminansia yang memiliki sistem pencernaan yang cukup kompleks. Ciri khas dari sistem pencernaan pada sapi yaitu memiliki empat lambung. Dari keempat lambung yang ada, salah satu yang paling menonjol adalah  rumen. Rumen merupakan bagian yang berfungsi untuk poses pencernaan berupa fermentasi makanan. Sebagian besar pakan pada sapi berupa rumput-rumputan. Rumput-rumputan ini biasanya tersusun atas komponen-komponen karbohidrat berupa selulosa.
http://lh3.google.com/image/manglayang/RXMzzUe6MTI/AAAAAAAAABY/UZM98JB-06g/rumen.jpg
Gambar 2.Empat ruangan lambung sapi
Dalam proses pencernaan selulosa diperlukan proses fermentasi terlebih dahulu. Proses fermentasi ini yang akan merombak komponen selulosa menjadi komponen karbohidrat yang memiliki susunan molekul yang lebih kecil dan dapat diserap oleh tubuh. Proses pencernaan berupa fermentasi dalam rumen utamanya dilakukan oleh mikroorganisme dalam rumen. Proses pencernaan atau fermentasi makanan dalam rumen juga menghasilkan gas, sebagian besar gas yang dihasilkan berupa gas karbondioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Fungsi fermentasi pada rumen yang cukup kompleks ini, bila mengalami gangguan salah satunya dapat menyebabkan terjadinya kembung (Bloat).
Bentuk kembung secara umum dapat dibedakan menjadi dua bentuk. Pertama adalah kembung berupa gas yang terperangkap karena adanya penyumbatan. Kedua adalah kembung berupa busa yang menghambat terjadinya pelepasan gas. Bentuk kembung berupa busa merupakan bentuk yang cukup sering terjadi. Hal ini dimungkinkan karena adanya masalah fermentasi pada rumen. Fermentasi rumen yang tidak sempurna salah satunya dapat mengasilkan busa.
Pada kasus kembung karena masalah fermentasi rumen, biasanya disebabkan oleh adanya penambahan konsentrat dengan jumlah yang terlalu tinggi dalam pakan. Konsentrat merupakan bahan yang memiliki kadar pati (karbohidrat dengan molekul kecil/monosakarida) cukup tinggi. Peningkatan jumlah konsumsi konsentrat ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan fermentasi rumen. Peningkatan fermentasi rumen menyebabkan  jumlah gas yang dihasilkan semakin tinggi pula sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan volume rumen. Selain itu peningkatan konsumsi konsentrat dengan kadar pati tinggi juga dapat meningkatkan derajat keasaman dalam rumen atau asidosis. Kondisi keasaman yang tinggi dapat menekan aktivitas bakteri selulolitik dalam rumen sehingga rumen tidak akan mampu mencerna rumput dengan baik.
Kondisi rumput yang masih basah juga merupakan salah satu penyebab dari terjadinya kembung. Rumput yang basah juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan proses fermentasi. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya pembentukan busa yang dapat menghambat pengeluaran gas. Pembentukan busa pada kasus kembung juga dapat disebabkan oleh banyak faktor yang dihasilkan dari interaksi antara hewan, mikroorganisme rumen, dan perbedaan dalam biokimia tanaman.
Selain karena peningkatan produksi gas dalam rumen, kembung juga dapat disebabkan oleh adanya penyumbatan dari jalan keluarnya gas dalam rumen. Penyumbatan yang terjadi dapat berupa atoni rumen ataupun penyumbatan pada daerah esophagus yang menyebabkan sapi tidak dapat bersendawa. Kedua hal di atas menyebabkan terperangkapnya gas hasil fermentasi dalam rumen dan menyebabkan terjadinya peningkatan volume rumen.
Biasanya kembung akan terlihat setelah 15-30 menit setelah konsumsi pakan yang berkonsentrat tinggi. Pada kasus yang ringan gejala kembung akan mengempis spontan dan  kontraksi rumen akan normal kembali setelah 3-4 jam. Kondisi kembung yang berlangsung lama menunjukkan gejala klinis yang khas. Sisi perut bagian kiri mengembung/menonjol, jika ditepuk bersuara nyaring. Sapi akan terlihat sesak nafas dan  menendang-nendang bagian perut. Lesu dan tidak mau makan. Pada anak sapi yang terkena kembung akan menunjukkan gejala kolik. Pada kasus akut dapat menyebabkan kematian.
Pada kasus kembung karena busa, dapat diberikan beberapa agent yang memiliki sifat antibusa. Obat-obat tradisional yang memiliki sifat antibusa antara lain minyak-minyak tumbuhan (Bakazha Oil dapat dibeli di peternakan wahyu utama). Dapat dilakukan juga pemberian obat-obatan khusus untuk mengatasi kembung seperti Bakazha Oil Extra. Selain itu juga dapat dilakukan pemberian antibiotik untuk menekan produksi gas dalam rumen.
Pengobatan kasus kembung dapat dilakukan sesuai dengan derajat keparahan dan penyebab penyakitnya. Pengobatan dari kasus kembung diutamakan ialah pengeluaran gas terlebih dahulu. Pada kasus akut dapat dilakukan dengan menusukkan jarum bertabung besar atau trokar kedalam dinding rumen. Jarum atau trokar dapat ditusukkan pada bagian tengah daerah segitiga legok lapar di bagian kiri tubuh sapi. Setelah itu dicari penyebabnya, apabila terjadi obstruksi maka segera atasi obstruksi yang terjadi.
Pada kasus kembung karena busa, dapat diberikan beberapa agent yang memiliki sifat antibusa. Obat-obat tradisional yang memiliki sifat antibusa antara lain minyak-minyak tumbuhan. Dapat dilakukan juga pemberian obat-obatan khusus untuk mengatasi kembung seperti timpanol, poloxalone, ataupun cresol. Selain itu juga dapat dilakukan pemberian antibiotik untuk menekan produksi gas dalam rumen.
Untuk mencegah terjadimya kasus kembung di perlukan manajemen dan perencanaan yang baik, karena dapat mengurangi secara signifikan jumlah kasus. Hindari pemberian pakan konsentrat dalam jumlah yang banyak. Selain itu hindari juga pemberian rumput yang masih segar dan basah. Usahakan rumput yang diberikan telah mengalami pelayuan terlebih dahulu. Hindari pemberian pakan dari golongan leguminosa atau kacang-kacangan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kembung. Penyediaan air minum secara tidak terbatas (ad libitum). Pencegahan penyakit kembung akan lebih mudah dilakukan dari pada mengobatinya.
Pengobatan kasus kembung dapat dilakukan sesuai dengan tingkat keparahan dan penyebab penyakitnya. Pengobatan dari kasus kembung diutamakan adalah pengeluaran gas terlebih dahulu. Pada kasus akut dapat dilakukan dengan menusukkan jarum bertabung besar atau trokar kedalam dinding rumen. Jarum atau trokar dapat ditusukkan pada bagian tengah daerah segitiga legok lapar di bagian kiri tubuh sapi. Setelah itu dicari penyebabnya, apabila terjadi obstruksi maka segera atasi obstruksi yang terjadi.
http://informedfarmers.com/wp-content/uploads/2011/10/Bloated-Cow-Merck.jpg
http://www.infovets.com/healthysmrm/Images/C078-05.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizLIXwMjh6kaOtAj3M9SB0Nbp3ETCwcylwBbfp-C1LqnSUOC2rtSys-ULWkD3f5UMeA9fpwisnvXU35TqYrzE6jQC4kSRbwpZ6ZV2xbYLRASYRSPDRG3-p6xc3Rbuu5PcG8ONGKtUTiq4/s1600/bloat3.JPG
Gambar 3. Membuat lubang di lambung atas untuk mengurangi gas dalam rumen

http://bandungkambingetawa.files.wordpress.com/2011/03/daun-singkong.jpghttps://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT0BXpzCPH82IWQXmUXh1P7vHU5jiu_p5IiuTuyVOktFP1AN79v
Gambar 4. Hijauan penyebab Bloat
Kapan Bloat Terjadi dan Pencegahannya?
Banyak faktor yang dapat menyebabkan bloat. Beberapa yang bisa disebutkan antara lain:
1)      Genetik atau keturunan (meskipun hal ini juga sulit dibuktikan)
2)      Jenis, dan jumlah kandungan protein tertentu di dalam bahan pakan
3)      Jumlah dan kecepatan asupan makanan
4)      Tekstur bahan pakan
5)      Populasi mikroba tertentu dalam rumen
Selain hal-hal diatas, hal-hal lain yang dapat berkontribusi pada terjadinya kembung sangat beragam, bisa dari suhu dan cuaca, tingkat stress, kebersihan, atau ketersediaan air. Sehingga kita harus memperhitungkan faktor-faktor diatas ketika ingin mencari penyebab dari bloat secara lebih spesifik.
A.     ETIOLOGI
Penyakit kembung (Bloat) merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Bloat pada ternak dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Namun secara garis besar, timbulnya kembung disebabkan oleh akumulasi gas yang berlebihan di dalam rumen hewan ruminansia. Seperti kita ketahui, pencernaan bahan makanan di dalam perut hewan ruminansia dilakukan oleh mikroorganisme di dalam perut ternak. Mikroorganisme yang secara alamiah ada di dalam perut yang bertugas melakukan pencernaan awal terhadap bahan makanan dan terutama protein. Proses pencernaan protein oleh mikroorganisme ini akan menghasilkan berbagai enzim dan asam amino yang dapat diserap oleh dinding usus ternak.
Tanpa adanya mikroorganisme ini dapat dipastikan proses pencernaan makanan di dalam perut ternak tidak akan dapat terjadi. Namun di sisi lain, proses pencernaan bahan makanan oleh mikroba juga mengeluarkan eksreksi lain berupa gas yang sebagian besar adalah karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas inilah yang apabila tidak sempat dikeluarkan melalui anus dengan cara berkentut atau dengan bersendawa akan terakumulasi didalam rumen. Seringkali kembung ringan seperti ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, apabila kejadian berlanjut dan tidak ditangani maka akumulasi gas terjebak ini akan membentuk buih/busa (froathy bloat) yang akan semakin sulit bagi ternak untuk mengeluarkannya.
http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/admin/image/bloat.jpg
Gambar 5. Derajat Keparahan Bloat
Perut kembung atau Bloat adalah suatu keadaan mengembangnya rumen akibat terisi oleh gas yang berlebihan. Hal ini terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehingga menghambat pengeluaran gas. Produksi gas yang cepat (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi akan memicu terjadinya kembung. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya konsentrasi protein terlarut yang terdapatdi dalam  rumen. Gas yang terbentuk akan menetap di rumen dalam bentuk gelembung-gelembung kecil yang tidak merangsang terjadinya reflek bersendawa sehingga rumen mengembung.
Bloat merupakan indigesti akut yang disertai dengan penimbunan gas di dalam rumen dan retikulum ruminansia yang penuh berisi gas (CO2 dan CH4) sebagai hasil akhir fermentasi yang berlebihan yang berasal dari proses pencernaan di dalam lambung. Hal ini terjadi ketika esophagus mengalami sumbatan sehinfga menghambat pengeluaran gas.
Bloat disebabkan oleh penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer adalah akibat dari fermentasi makanan yang berlebihan kemudian hewan tidak mampu mengeluarkan gas, sehingga gelembung-gelembung gas akan terakumulasi yang merupakan penyebab kembung. Sedangkan penyebab sekunder berupa gangguan yang bersifat fisikal yang terjadi pada daerah esophagus yang disebabkan oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus.
Makanan yang difermentasi misalnya hijuan segar yang banyak  mengandung air dan berprotein tinggi. Hijauan leguminosa mudah berfermentasi dan mengeluarkan gas. Oleh karena itu, pemberian hijauan leguminosa segar yang berlebihan dapat menyebabkan Bloat. Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak pula dapat menyebabkan Bloat, terutama konsentrat yang mulai busuk. Rumput basah atau berembun dapat juga menjadi penyebab perut kembung. Bloat biasanya terjadi pada sapi, kerbau dan kambing.
http://imahembe.com/wp-content/uploads/2012/02/Pembuatan-Fermentasi.jpg 
Gambar 6. Pemberian fermentasi berlebihan dapat menyebabkan Bloat
B.     PATOGENESIS
Pada ruminansia (sapi) Bloat biasa disebabkan karena konsumsi leguminosa yang banyak atau gangguan dalam esophagus dan alat tubuh lain. Faktor yang mendorong terjadinya Bloat antara lain viskositas dan tegangan permukaan cairan rumen, aliran dan susunan air liur dan aktivitas mikroba. Air liur mengandung protein mucin yang mencegah terjadinya timbulnya busa pada air liur. Penguraian protein tersebut yang mungkin terjadi karena aktivitas bakteri menimbulkan terbentuknya busa dalam rumen. Banyaknya air liur juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya Bloat. Sapi dengan air liur yang sedikit lebih beresiko.
Aktivitas mikroba akibat peningkatan jumlah sukrosa dalam rumen juga memiliki pengaruh dalam pembentukan gas. Metabolisme sukrosa oleh bakteri menghasilkan gas yang akan terperangkap dalam biofilm yang terbentuk oleh bakteri tersebut, sehingga menjadi gelembung yang memenuhi rumen. Dalam kondisi normal, kelebihan gas pada rumen akan dikeluarkan melalui mekanisme eruktasi. Gangguan pada reflek eruktasi menyebabkan tidak bisa keluarnya gas dari rumen, sehingga terjadi Bloat.
Gangguan reflek eruktasi berkaitan dengan gangguan pada esophagus dan alat tubuh lain. Saat terjadi penumpukan gas, rumen bereaksi dengan kontraksi yang lebih sering dan lebih kuat dari keadaan normal. Karena kecepatan pembentukan gas melebihi kemampuan rumen untuk mengeluarkan ditambah dengan gangguan eruktasi menyebabkan penumpukan gas yang banyak. Kekuatan kontraksi rumen juga akan menurun dan mungkin hilang tonusnya. Volume rumen akan terus membesar karena gas yang terbentuk semakin banyak. Rumen akan mendesak ke arah rongga dada dan menimbulkan gangguan pernafasan. Dari titik tersebut kematian bisa terjadi jika tidak ditangani.
C.     GEJALA KLINIS
1)      Ternak nampak resah
2)      Ada rasa sakit
3)      Sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar) dibanding normalnya,
4)      Bila perut ditepuk-tepuk mirip suara drum
5)      Tekanan intra rumen mengakibatkan:
Pembesaran abdomen atau rumen, membesarnya rumen akan meningkatkan tekanan di dalam rongga perut dan rongga dada sehingga menyebabkan kesulitan bernafas yang ditandai dengan pernafasan dada yang cepat dan dangkal. Sebaliknya, paru-paru dan sistem peredaran darah jantung tidak bekerja. Apabila kondisi ini berlanjut maka akan terjadi gangguan peredaran darah dan kematian dalam beberapa menit.
6)      Hewan tampak gelisah
7)      Berbaring pada posisi bagian kanan bawah.
8)      Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
9)      Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematian.
10)  Angka kematian dapat mencapai 90% jika tidak tertolong
11)  Ternak cenderung menendang dengan kaki belakang.
https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-e.ak/hphotos-ak-frc3/971287_386167821500944_1261077674_n.jpg 
Gambar 7. Sisi perut sebelah kiri nampak menonjol (membesar)



D.     PENYEBAB
Penyebab perut kembung antara lain: 
1)      Pemberian leguminosa (kacang-kacangan) secara berlebihan. Daun legum yang mengandung kadar air dan protein yang tinggi menghasilkan asam-asam yang tidak mudah menguap seperti sitrat, malat dan suksinat. Asam-asam ini akan segera menurunkan pH rumen dalam waktu 30-60 menit pasca pemberian daun legum.
2)      Pemberian rumput terlalu muda secara berlebihan atau karena tidak dilayukan.
3)      Adanya sumbatan pada kerongkongan, selain itu bloat dapat juga terjadi pada ternak yang pergerakannya terbatas.
4)      Merumput pada lahan yang baru dipupuk, makan buah terlalu banyak, memakan racun dan ubi atau tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut.
E.     PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI 
Penyakit kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar ke samping. Secara umum apabila di bedah akan terjadipembesaran pada perut bagian kiri atas dan cukup keras, bila ditepuk akan terasaada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong. Dalam seksi ditemukan kolon dan sekum yang mengalami distensi dengan dindingnya yang berwarna pucat kebiruan. Apabila penimbunan gas disebabkan oleh obstruksi, penyebab obstruksi akan ditemukan.
F.      DIAGNOSA
Untuk mendiagnosa Bloat bisa dilakukan beberapa cara:
  1. Berdasarkan gejala klinis
Pada dasarnya tidak sulit untuk melakukan diagnosa Bloat karena pada penderita Bloat gejala yang tampak sangat jelas dan mudah dikenali, terutama adanya pembesaran lambung di daerah fossa paralumbalis.
Gambar 8. Pemeriksaan bedah bangkai
  1. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Palpasi, Perkusi)
ü  Pada pemeriksaan abdomen yang pertama dilakukan adalah Inspeksi dengan mengamati perubahan-perubahan pada bagian abdomennya. Hal yang mudah dikenali adalah adanya pembesaran abdomen sebelah kiri. Meski sesuai susunan anatominya abdomen sebelah kiri memang lebih besar daripada abdomen sebelah kanan, namun pada penderita Bloat abdomen sebelah kirinya akan lebih besar dari normal dan terasa keras.
ü  Selanjutnya dilakukan auskultasi, dengan cara menekankan stetoskop pada bagian fossa paralumbalis. Pada ruminansia penderita Bloat saat dilakukan auskultasi tidak terdengar adanya kontraksi dari rumen ataupun suara gemericik (gurgling) seperti halnya pada ruminansia normal. Palpasi dilakukan dengan cara menekankan kepalan tangan ke daerah fossa paralumbalis. Saat ditekan inilah akan terasa bahwa abdomen penderita Bloat terasa sangat keras dan tegang yang disebabkan penimbunan gas pada bagian rumennya sehingga menekan rongga abdomen untuk lebih membesar. Kemudian masih dengan cara yang sama yakni dengan menekankan kepalan tangan ke fossa paralumbalis, hitung frekuensi pergerakan/motilitas rumen dan tonus rumen. Pada ruminansia yang menderita Bloat motilitas rumen dan tonus rumennya akanmengalami penurunan.
  1. Catatan pemberian pakan dan penggembalaan.
  2. Memasukkan Stomach Tube ke dalam rumen.
Cara yang terakhir ini berfungsi untuk membedakan apakah hewan menderita Kembung atau Bloat. Jika saat Stomach Tube sudah dimasukkan ke dalam rumen dan yang keluar adalah isi rumen dengan konsistensi berbusa maka bisa dipastikan bahwa hewan tersebut menderita Bloat.
G.    DIAGNOSA BANDING
1)      Peritonitis atau infeksi pada rongga abdominal
2)      Water belly atau pecahnya kandung kemih
3)      Bunting tua
4)      Akumulasi cairan abnormal dalam uterus selama kebuntingan
5)      Displacement abomasum kiri atau kanan
6)      Vagal indigestion
7)      Intestinal volvulus (twisted intestines)
8)      Ascites (akumulasi cairan di dalam rongga peritoneal) atau pneumoperitoneum (akumulasi udara di dalam rongga peritoneal). 
http://www.flockandherd.net.au/sheep/reader/images/bloatfrothy2.jpg
Gambar 9. Isi rumen sapi

H.    PROGNOSA
Ramalan kelanjutan penyakit biasanya tidak menguntungkan penderita atau dapat mengaibatkan kematian jika lambat dilakukan pertolongan ataupun bersifat fausta-infausta.
I.       TERAPI
1.      Trokarisasi
Pertolongan untuk mengurangi distensi perlu segera diberikan. Trokarisasi dengan trokar dilakukan pada bagian perut yang mengalami tingkat destensi paling besar sebelah kanan atau kiri. Untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan desinfeksi secukupnya. Kadang pembebasan gas dengan trokar mengundang resiko terjadinya peritonitis.
Gas dikeluarkan dengan cara menusukkan cannula pada perut ternak bagian sebelah kiri langsung pada rumen. Supaya tepat, tandai perut sapi dengan menggunakan gambar segitiga yang menghubungkan titik tulang pinggul, titik rusuk akhir dan titik transverssus processus, tusukan cannula tepat dititik tengah segitiga ke dalam rumen melewati peritoneum. Pengeluaran gas dilakukan sedikit demi sedikit dengan cara menarik trocar perlahan-lahan agar isi rumen tidak tersedot keluar dan menyumbat pipa trocar.
Setelah gas dapat dibebaskan segera dimasukkan obat- obat antizymotik antara lain formalin atau chloroform sebanyak 30 ml, minyak terpentin 15-30 ml,sediaan yodium atau obat merah secukupnya. Obat-obat Antyzomotic ini yang akan menurunkan proses fermentasi mikroba, sehingga jumlah gas (frothy bloat) secara berangsur-angsur turun. Apabila gas telah di bebaskan, pemeriksaan rectal selanjutnya dapat membantu menentukan ada tidaknya obstruksi.
Pemberian laksansia rigan misalnya minyak mineral 2-4 L dapat menimbulkan peristaltic lagi serta melicinkan jalanya pengeluaran tinja. Untuk mengurangi rasa sakit pemberian aspirin atau dipyrone (Novin) 50%, 10- 20 mldapat dipertimbangkan. Obat-obat suportif lain, misalnya penguat jantung dancairan elektrolit dapat diberikan bila dipandang perlu.
2.      Stomach Tube
Stomach tube merupakan metode yang banyak digunakan untuk mengeluarkan gas dan tekanan dari rumen karena lebih aman dan trauma yang ditinggalkan pada hewan relatif kecil. Stomach Tube (ukuran standart = diameter dalam 1.5-2.0 cm) dimasukkan melalui mulut dengan bantuan spekulum logam untuk mencegah hewan mengunyah tubenya. Kerja dari Stomach Tube ini relatif cepat yaitu sekitar 1 menit.
3.      Secara Medis
a)      Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone).
ü  Dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air,
ü  Kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian diminumkan. 
b)      Dimethicone bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan, sehingga gelembung-gelembung gas dalam rumen terurai menjadi gelembung-gelembung kecil kemudian bergabung sehingga dapat dikeluarkan dari saluran pencernaan.
c)      Wonder Athympanicum
ü  Dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram,
ü  Kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan. 
d)      BAKAZHA OIL
ü  Dosis Untuk Sapi : 150 ml – 300 ml
ü  Dosis Untuk Kambing : 15 ml -30ml

J.      PENCEGAHAN
1)      Pemberian pakan sesuai aturan, misalnya komposisi rumput dan leguminosa yang benar
2)      Hijauan yang akan diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu
3)      Jika ada ternak yang kembung, upayakan untuk tetap berdiri atau bergerak
4)      Jika mungkin mulut tetap terbuka atau tetap usahakan mengunyah supaya air liur keluar, misalnya dengan ikatkan tali atau kayu dalam mulut supaya ternak mengunyahnya dan air liur keluar
5)      Selama musim hujan sebaiknya ternak diberi pakan kasar sebelum dilepas di padang penggembalaan yang basah
6)      Ternak jangan digembalakan terlalu pagi ketika rumput masih basah dan hindari
7)      Memberi ternak dengan rumput atau daun-daun muda dan tanaman leguminosa (kacang-kacangan)
8)      Jangan membiarkan ternak terlalu lapar
9)      Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/busuk/berjamur
10)  Hindari pemberian rumput/hijauan yang terlalu banyak, lebih baik  memberikan sedikit demi sedikit tetapi sering kali. 

Penanganan Kembung (Bloat) dan Diare pada sapi muda (Pedet)

Pedet merupakan cikal bakal induk. Bila tidak dipelihara dengan baik tentu pada akhirnya indukan yang dihasilkan memiliki kualitas yang kurang bagus. Penyakit yang sering dialami pedet yaitu diare dan kembung (Bloat).
A.     Diare (Mencret)
Diare sering menyerang pedet. Diare merupakan sebuah kata umum yang digunakan untuk menggambarkan keadaan sapi yang mengalami sakit mencret. Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. Diare pada ternak, seperti pada manusia, dapat terjadi ketika pergerakan cairan tubuh dalam sistem pencernaan mengalami gangguan. Biasanya selalu berakibat kehilangan cairan atau dehidrasi. Cairan tubuh yang keluar ini juga membawa garam-garam mineral atau elektrolit. Kehilangan cairan ini akan merubah keseimbangan kimiawi tubuh, yang pada akhirnya akan menimbulkan stress dan depresi dan dapat berujung pada kematian. Rehidrasi, sebuah terapi pada ternak dengan memberikan air dan suplemen elektrolit yang dapat membantu meredakan efek diare dan memulihkan keseimbangan tersebut. Secara umum, diare dibagi dua kategori, diare yang dibebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi (non-infeksius) dan diare yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme.
ü  Diare non infeksius
Diare non infeksius biasanya disebabkan oleh perubahan (yang mendadak) dari program pemberian pakan. Bisa terjadi ketika pedet yang asalnya mengkonsumsi susu sebagai satu satunya sumber nutrisi, tumbuh dewasa dan mulai makan serat kasar atau hijauan sebagai suplemen. Atau bisa juga terjadi ketika pemberian susu buatan (CMR-Calf Milk Replacement) tidak sesuai takaran, terlalu dingin atau bahkan basi. Meskipun seringkali tidak sangat berbahaya dan tidak sampai menyebabkan kematian, diare non-infeksi ini (terutama pada sapi muda/pedet) dapat dengan cepat melemahkan tubuh yang pada gilirannya dapat menyebabkan ternak rentan terkena diare infeksi atau penyakit lain yang lebih parah.
ü  Diare infeksius
Diare jenis ini merupakan masalah terbesar terutama pada sapi pedet. Bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau protozoa. Oleh sebab itu, identifikasi terhadap sumber penyebab diare merupakan sebuah langkah penting dalam membuat program pencegahan diare.
a)      Infeksi bakteri
Bakteri ini menghasilkan semacam protein yang bersifat racun yang dapat menganggu dinding usus. Ternak memberi reaksi terhadap racun ini dengan memompa air dalam jumlah banyak ke dalam usus dengan tujuan untuk membilas atau menyiram racun ini. Beberapa bakteri yang bertanggung jawab terhadap infeksi ini adalah berasal dari jenis E. coli, Salmonella, dan Clostridium.
b)      Infeksi Virus
Virus menyerang lapisan penyerapan. Virus masuk kedalam sel dan menggunakan bahan bahan sel tersebut untuk reproduksinya. Ketika sel yang menjadi tempat berkembang biak penuh oleh virus, sel tersebut pecah dan mengeluarkan virus-virus baru untuk menyerang sel lain lebih banyak. Infeksi yang disebabkan virus menyebabkan pedet menjadi lebih rentan terhadap serangan infeksi bakteri lain. Rotavirus dan Coronavirus memiliki cara kerja yang sama dan merupakan “tertuduh” utama pada kasus diare pada pedet. Kedua organisme tersebut banyak terdapat pada sapi dewasa dan paparan pada sapi sapi muda menjadi sangat umum. Gejala yang ditimbulkan adalah mencret parah, hampir tidak ada demam, depresi dan dehidrasi hebat. Seringkali terjadi pengeluaran saliva (air liur) dan sering mengejan. Biasanya terjadi sampai pada 10 - 14 hari sejak kelahiran, khususnya 10 hari pertama. Pada kasus ini antibiotik tidak efektif terhadap virus, tapi dapat membantu melawan infeksi bakterinya.
c)      Infeksi Protozoa
Organisme (Coccidia & Cryptosporidia) ini masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan dapat hidup dalam kondisi dormant (suri) di tanah dan kotoran ternak selama 1 tahun. Ketika sampai di dalam usus, telur (oocyst) dari protozoa ini menetas dan berkembang biak. Menempel dan masuk ke dalam jaringan sel pada lapisan usus, menghambat pencernaan dan penyerapan makanan. Gejala infeksi subklinis kronis tidak begitu jelas, biasanya ternak menderita dan mengurangi konsumsi pakan sehingga pertumbuhan terhambat. Infeksi akut menyebabkan diare (terkadang disertai darah), depresi, kehilangan berat badan dan dehidrasi. Tapi biasanya pedet tetap makan. Coccidia memiliki siklus hidup 21 hari. Sehingga pada pedet usia dibawah itu (18 - 19 hari) jarang yang terinfeksi. Cryptosporidia biasanya ditemukan pada pedet usia 7 - 21 hari. Secara umum menginfeksi bersama rotavirus, coronavirus dan E. coli.
Karena masalah utama dari pedet yang diare adalah kehilangan cairan, maka tindakan terhadap pasien yang pertama harus ditujukan untuk memperbaiki kembali keseimbangan cairan tubuh. Selanjutnya adalah tindakan pemberian antibiotik dan perawatan yang baik.
Cairan (dalam hal ini air) sangat penting, tapi harap di ingat, selain cairan, diare juga menghilangkan garam garam elektrolit. Dan tanpa elektrolit dalam proporsi yang seimbang, cairan saja tidak dapat diserap tubuh. Sekitar 70% dari bagian tubuh pedet terdiri dari air. Tanda tanda klinis dehidrasi biasanya mulai terjadi saat 5 - 6 persen cairan tubuh hilang. 10 persen kehilangan cairan berakibat depresi, mata sayu, kulit kering dan sangat mungkin pedet tidak bisa berdiri. Pada 15 persen, biasanya berakibat kematian.
Konsultasikan dengan dokter atau mantri hewan mengenai elektrolit yang dapat diberikan secara oral. Apabila cairan elektrolit tidak tersedia, kita dapat membuat sendiri. Cara membuatnya pun cukup mudah yaitu :
ü  Resep Cairan Elektrolit untuk Diare
a)      3 kotak kecil kaldu sapi instan atau bisa juga menggunakan 1 sachet kaldu sapi.
b)      1 sachet agar agar bubuk, merek burung camar
c)      2 sendok garam
d)      2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3
Campurkan bahan diatas dengan air hangat hingga mencapai 2 liter. Berikan perlahan lahan, 1 liter larutan elektrolit ini setiap 3 - 4 jam. Jangan dulu berikan susu, minimal 24 jam setelah pemberian elektrolit, karena susu merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri E. coli. Apabila pedet sudah bisa minum dari dalam ember (sebaiknya diajarkan sedini mungkin), biarkan pedet meminumnya, tapi awasi jangan sampai terlalu cepat. Bila tidak, buatlah botol dot dengan cara membuat dari botol air mineral kemasan 1 liter. Beri selang yang dimampatkan di ujungnya. Beri lubang sedikit agar cairan dapat keluar perlahan lahan.
Secara umum, selain kehilangan cairan, kondisi diare menyebabkan sistem pencernaan menjadi asam. Oleh karena itu, selain terapi cairan dan elektrolit, perlu juga diberikan larutan suspense alkali. Yang dalam resep diatas berupa soda kue. Bila tidak tersedia, kiranya 2 liter air hangat ditambah 2 sendok makan garam pun dapat membantu. Selain resep diatas, ada beberapa resep lain yang dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menangkal diare pada sapi, baik sapi pedet maupun sapi dewasa.
Efektif jika diberikan daun sirsak, daun pisang atau campuran 10 cc getah pepaya dengan 100 cc air. Ada juga yang mempercayai bahwa daun nangka bisa berkhasiat menghentikan diare. Perlu di ingat bahwa tindakan tindakan ini hanya untuk membantu meredakan diare, bukan untuk mengobati infeksi (bila ada) yang terjadi. Konsultasikan selalu dengan dokter atau mantri hewan untuk tindakan selanjutnya atau perawatan antibiotik.
B.     Kembung (Bloat)
Selain diare, penyakit kembung merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia terutama sapi dan domba. Meskipun terlihat sepele, sebaiknya kita selalu waspada, karena pada kasus yang berat dapat berakibat fatal dan kematian pada ternak. Ada beberapa jenis kembung, namun yang akan lebih banyak diungkap disini adalah kembung pada perut rumen (rumen bloat) yang umum menyerang pedet. Beberapa gejala yang tampak ketika ternak mengalami kembung yaitu:
ü  Perut bagian kiri atas membesar dan cukup keras, bila ditepuk akan terasa ada udara dibaliknya, dan berbunyi seperti tong kosong, persis ketika kita merasa kembung.
ü  Ternak merasa tidak nyaman, menghentakkan kaki atau berusaha mengais-ais perutnya.
ü  Ternak sulit bernafas atau bernafas melalui mulut.
ü  Sering berkemih/kencing,mengejan.
ü  Pada kasus yang berat akhirnya tidak dapat berdiri dan mati.
ü  Perut menjadi tegang.
ü  Anus menonjol.
ü  Nafas ngos-ngosan.
ü  Lidah kebiruan.
Meskipun sudah melakukan langkah-langkah pencegahan, Bloat masih dapat terjadi. Memanggil dokter atau mantri hewan merupakan tindakan yang dianjurkan. Namun hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena berbagai keterbatasan.

Beberapa Tindakan Yang Dapat Dilakukan

Tindakan yang dapat dilakukan oleh peternak baik secara tradisional maupun medis modern untuk mengobati kembung diantaranya adalah:
1)      Ganti menu hijauan segar dengan daun kering/hay. Hal ini akan membantu pada Bloat ringan. Membawa ternak berjalan jalan juga dapat membantu. Terutama bagi pedet yang baru berlatih memakan hijauan.
2)      Bila masih berlanjut, berikan anti foam. Secara tradisional berupa minyak nabati atau lemak. Minyak bertugas sebagai pengurai buih. Berikan BAKAZHA OIL sebanyak 300 ml segera setelah bloat terdeteksi. Susu murni sebanyak 1 liter juga dapat dijadikan alternatif untuk membuyarkan buih. Obat modern anti foam untuk mengobati Bloat juga tersedia dalam berbagai merek, dapat diperoleh di toko-toko obat hewan.
3)      Dengan menggunakan selang (ukuran ¾” sampai 1” diameter) sepanjang 2 – 3 meter yang dilumuri dengan minyak, dimasukkan melalui mulut melalui esophageal sampai mencapai rumen untuk membantu mengeluarkan gas dari dalam rumen. Selang ini sering disebut selang esophagus/stomach tube. Cara ini terkadang berhasil namun cukup berbahaya karena dapat menganggu bagian dalam ternak. Sebaiknya mintakan saran pada dokter hewan atau latihan dahulu sebelum bloat terjadi.
4)      Apabila cara diatas tidak terlihat manjur dan kondisi ternak sudah tidak bisa berdiri sementara dokter hewan belum datang, kita harus melepaskan tekanan gas dengan paksa dengan cara melubangi dinding perut sapi. Bisa dengan menggunakan trokar (semacam penusuk, mirip paku tapi lebih besar) yang ditusukkan pada perut kiri atas, di belakang tulang rusuk. Gas yang terjebak dapat keluar melalui lubang tersebut. Apabila trokar tidak tersedia, sembarang alat yang tajam sepeti jarum suntik, jarum besar atau paku dan pisau bisa juga digunakan untuk membuat lubang sedalam kira-kira 2,5cm. Setelah ditusukkan, pisau jangan dicabut, tapi diputar miring sehingga gas bisa keluar. Namun demikian tindakan ini sebaiknya dipandang sebagai cara terakhir, karena bila salah dapat merobek rumen. Apabila ini terjadi dokter harus melakukan jahitan dan memberikan antibiotik untuk menghindari infeksi.
5)      Selain cara di atas terdapat beberapa alternative pengobatan lain, yaitu poloxalene 100- 200 gram, pil kembung 2 - 4 butir.
Beberapa pendapat peternak tentang cara pengobatan kembung secara tradisional adalah:
1)      Beberapa peternak mengklaim dengan memberikan air soda (sprite) 1 – 2 botol dapat membantu. Bila ditelusuri, soda dapat memudahkan sendawa. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut, jangan sampai kandungan gas (karbondioksida) pada soda malah terjebak dan memperparah bloat.
2)      Pemberian daun nangka muda dapat mengobati sakit perut. Peternak juga suka memberikan daun nangka ini pada ternak yang mengalami bloat.
3)      Memberikan air kelapa muda. Air kelapa mengandung mikroorganisme probiotik, sehingga kemungkinan dapat membantu.
4)      Memasukkan pelepah atau daun pepaya pada anus ternak yang mengalami bloat. Pepaya mengandung pektin yang sering digunakan sebagai obat diare.
Beberapa resep tradisional lain untuk mengobati bloat yang dapat ditemukan antara lain:
1)      Daun kentut atau sembukan 3 genggam dan bawang merah 20 buah. Parut halus daun kentut dan haluskan bawang merah. Campur kedua bahan dan tambahkan garam. Campur air dalam botol dan minumkan. Dosis untuk satu ekor sapi dewasa. Sapi pedet diberikan separoh.
2)      Getah pepaya 2 sendok makan. Garam dapur 1 sendok makan. Campurkan secara merata dan tambah air dalam botol air mineral kemudian diminumkan. Dosis untuk satu ekor sapi pedet.
Secara umum pengendalian penyakit yang paling baik adalah menjaga kesehatan sapi pedet dengan tindakan pencegahan, antara lain:
1)      Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan.
2)      Sapi yang sakit dipisahkan dari sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3)      Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4)      Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Berdasarkan pengamatan dan studi literatur, penulis beranggapan bahwa makanan adalah faktor dominan penyebab kembung. Makanan yang dimaksud disini adalah pola asupan pakan dan menu. Bila ditelusuri lebih jauh, pembentukan gas yang berlebihan sering diasosiasikan pada kondisi-kondisi berikut, yang semuanya saling berkaitan:
ü  Hijauan segar sangat disukai ternak, dengan kondisi perut yang lapar di pagi hari, tingkat asupan rumput akan semakin tinggi. Ternak akan sangat lahap mengkonsumsi hijauan yang langsung masuk ke dalam rumen.
ü  Hijauan pada usia muda memiliki kandungan nutrisi puncak. Nutrisi yang tinggi ini juga sangat digemari oleh mikroba.
ü  Hijauan di pagi hari memiliki kandungan embun dan air yang tinggi yang sering diasosiasikan sebagai pemicu bloat.
ü  Hijauan di awal musim hujan sedang berada pada tahap pertumbuhan pesat dan nutrisi tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya kejadian bloat pada awal musim hujan. Dimana setelah melewati musim kemarau, ternak kangen terhadap rumput segar dan mengkonsumsinya dengan lahap.
ü  Hijauan yang baru diberi pupuk juga sedang dalam kondisi pertumbuhan pesat dan nutrisi tinggi. Jenis leguminosae (kacang-kacangan) tertentu ditenggarai dapat memicu bloat selain karena kandungan protein yang tinggi.
http://images03.olx.co.id/ui/6/89/43/1277219189_101318643_1-Gambar--rumput-gajah-pakan-sapi-1277219189.jpg
Gambar 10. Hijauan harus dilayukan sebelum diberikan
Kondisi diatas memicu aktivitas mikroba yang tinggi di dalam rumen. Seperti telah disinggung, aktivitas mikroba yang tinggi akan meningkatkan produksi gas dan pada gilirannya mengakibatkan bloat.
Tidak ada tindakan pencegahan yang terbukti 100% berhasil, namun demikian untuk meminimalisir kejadian bloat, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
ü  Jangan memberikan hijauan atau leguminosae segar, apalagi yang berusia muda di pagi hari. Berikan sarapan pada sapi rumput kering atau hijauan yang telah dilayukan. Beberapa penelitian menyebutkan, pelayuan selama 2 – 3 jam sudah cukup menurunkan kandungan air. Suatu kebiasaan yang baik apabila peternak memberikan terlebih dahulu hijauan yang dipanen pada hari kemarin untuk diberikan pada pagi hari ini. Bila tidak tersedia hijauan kering, berikan konsentrat atau hijauan segar dalam kuantitas yang kecil dan perlahan-lahan.
ü  Jangan lepaskan ternak di padang penggembalaan di pagi hari apalagi dalam keadaan perut kosong. Awali dengan rumput kering untuk meredakan nafsu makan atau tunggu ketika matahari mulai naik dan embun sudah menguap. Hal yang sama juga berlaku apabila rumput penggembalaan basah oleh air hujan.
ü  Observasi ternak di padang penggembalaan minimal 2 jam setelah diumbar. Pada rentang waktu ini biasanya bloat terjadi. Bila terlihat ada gejala, jangan terburu-buru menariknya dari grazing area, seringkali bloat dapat sembuh dengan sendirinya. Apabila gejala berlanjut, segera beri tindakan.
ü  Pastikan perut ternak terisi rumput kering/hay/serat sebelum digembalakan pada awal musim hujan. Hal ini akan mengurangi asupan rumput segar sehingga memungkinkan rumen lebih mudah beradaptasi dengan menu baru yang segar perlahan-lahan.
ü  Berikan hijauan dalam bentuk kasar. Jangan potong kecil-kecil hijauan. Semakin kasar potongan hijauan (misalnya hijauan utuh) akan semakin lambat mikrobial rumen mencerna sehingga meminimalkan kemungkinan bloat.
ü  Cara pemberian hijauan (dan konsentrat) sedikit demi sedikit tapi dengan frekuensi yang sering adalah paling baik, sayangnya ini akan merepotkan peternak sendiri.
ü  Beberapa ternak seringkali mengalami bloat berulang yang kronis. Mungkin disebabkan oleh faktor genetis. Bisa dipertimbangkan untuk di afkir saja. Karena sebagian besar penyebab bloat adalah proses pencernaan oleh mikroorganisme, pemberian probiotik terutama pada sapi muda dapat membantu memperbaiki fungsi rumen.
ü  Ada beberapa obat khusus untuk pencegahan seperti pemberian anti-bloat yang disisipkan pada pakan (ionophore), antibiotik (oxytetracycline, penicillin), deterjen khusus ataupun anti-foam, namun untuk kondisi sebagian besar peternak di Indonesia hal ini kurang applicable sehingga tidak akan dibahas lebih lanjut disini.


Kesimpulan

Bloat pada ternak ruminansia merupakan hasil dari beragam faktor. Elemen yang ditemukan paling berperan adalah fermentasi bahan makanan oleh mikrobial rumen yang menghasilkan gas yang tidak dapat dikeluarkan. Rumen, bloat biasanya terdeteksi dengan menggelembungnya perut kiri sedangkan abomasum bloat khas terjadi pada perut sebelah kanan.
Daftar skenario penyebab dan pengobatannya merupakan daftar yang panjang. Isu-isu manajemen dan contoh kasus diatas ditampilkan bukan untuk menampilkan daftar panjang tersebut, melainkan untuk menstimulasi pemikiran dan memfasiltiasi evaluasi kita bersama. Dengan mengevaluasi dan mengatur cara kita berinteraksi dengan hewan dan manajemen kandang, banyak faktor yang berperan dalam bloat dapat kita hilangkan atau minimalkan.
Penanganan yang terlambat akan membahayakan ternak tersebut. Diperlukan kejelian dan ketelitian peternak dalam penanganan kasus Bloat, sehingga dapat mencegah resiko kematian.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1994. Obat Tradisional Ternak Sapi. Lembar Informasi BIP Irian Jaya No. 139/94. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya.
Blowey RW. 2004. Digestive Disorders of Calves. Andrews AH, Editor: Bovine Medicine Diseases and Husbandry of Cattle Second edition. State Avenue: Blackwell Publishing Company
Muharlien, Tri Eko Susilorini, dan Manik Eirry Sawitri. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta. Penebar Swadaya.
Subronto. 2003.Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia I).Edisi Kedua. UGM Pers. Yogyakarta.
Sudarmono, A S dan Y Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong: Pemeliharaan, Perbaikan Produksi Bisnis, Analisis Penggemukan. Jakarta. Penebar Swadaya.
Suwandi. 2008. Jamu untuk Ternak dari Bahan-Bahan Alami di Sekitar Kita. http://ternaksapiku.blogspot.com/2008/11/jamu-untuk-ternak-dari-bahan-bahan.html
Trinur Hayati. 2006. Pakan Nutrisi Hewan. Power Point.

3 komentar:

  1. informasi yang bermanfaat, terimakasih banyak..

    http://obatasliindonesia.com/pengobatan-diare-herbal-terbaik/

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. artikel ini sangat bagus dan bermanfaat

    jangan lupa kunjungi website kami :
    www.cvpradiptaparamita.blogspot.co.id

    BalasHapus