Rabu, 11 Maret 2015

Sistem Tanam Rumput Gajah Menurut Penyuluh

Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Baso dan Kecamatan Tilatang Kamang beserta hinterland sejak ditetapkan sebagai kawasan Agropolitan pada dekade 90-an terus menggeliat dan menampakkan keseriusan di bidang peternakan. Segala hal terkait teknis peternakan terus dibenahi melalui teknologi yang ditransfer oleh para penyuluh setempat. Budidaya Peternakan meliputi segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budidaya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,pemasaran, dan pengusahaannya.


Pada kesempatan ini saya mengangkat tema yang paling penting dalam budidaya peternakan, yaitu tentang budidaya pakan ternak yang meliputi Sistem Penanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT).
Kebiasaan peternak di Kecamatan Ampek Angkek adalah menanam hijauan makanan ternak jenis Rumput Gajah (Pennisctum purpureum) di sela-sela lahan pertanian mereka. Kebiasaan yang salah pada peternak kita adalah melakukan penanaman HMT dengan mengubur batang rumput tersebut memanjang atau juga menanam secara rumpun. Pada awal pertumbuhannya sangat bagus dan rimbun, namun setelah dilakukan pemotongan pertama akan terjadi penyusutan produksi yang sangat signifikan. Dengan sistem tanam seperti ini produktifitas HMT tersebut sangat rendah dan hanya berumur pendek.  Setelah itu hanya akan menjadi tanaman tak berguna dan merugikan secara ekonomis.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara monokultur ataupun interkultur dengan tanaman tahunan sehingga dapat diperoleh manfaat secara maksimal. Pertumbuhannya yang relatif cepat dalam waktu yang pendek serta peranan daun-daun dan perakarannya terhadap erosi, maka pembudidayaan rumput gajah dapat menjadi pilihan yang bijaksana dan menguntungkan.
Rumput Gajah (Pennisctum purpureum) atau disebut juga rumput napier, merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0 – 3000 dpl), tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta enghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
Rumput Gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama.
Rumput gajah dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pous) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Untuk bibit yang berasal dari sobekan rumpun/ anakan (pous) sebaiknya berasal dari rumpun yang sehat, banyak mengandung akar dan calon anakan baru. Sebelum penanaman bagian vegetatif dari sobekan rumpun dipangkas terlebih dahulu untuk menghindari penguapan yang tinggi sebelum sistem perakaran dapat aktif menghisap air.
Cara Penanaman
  • Pembersihan lahan
  • Pengolahan tanah (sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau sehingga penanaman dapat dilakukan pada awal musim hujan).
  • Pembuatan lubang-lubang tanaman dengan jarak tanam 60 x 100 cm.
  • Diperlukan 17.000 bahan stek untuk kebutuhan lahan seluas 1 hektar.
Pemupukan
  • Pupuk P dan K diberikan 2 kali dalam setahun yaitu pada waktu pengolahan tanah dan 6 bulan
  • Kemudian, dengan dosis masing-masing 200 kg DS dan 200 kg ZK per hektarnya.
  • Pupuk N diberikan 200 kg ZA/ha/tahun yang diberikan setiap kali setelah 2 – 4 kali pemotongan.
  • Dapat juga digunakan pupuk kandang sebanyak 400 kw/ha/tahun yang diberikan pada waktu pengolahan tanah dan setelah pemotongan.
Produksi
Panen pertama rumput gajah dilakukan pada umur 90 hari pasca-tanam. Panen selanjutnya 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari sekali pada musim kemarau. Tinggi pemotongan dari permukaan tanah kira-kira 10–15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara 100-200 ton rumput segar per hektar per tahun. Peremajaan tanaman tua dilakukan setelah 4-6 tahun untuk diganti dengan tanaman yang baru.
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman lain, misalnya ketela pohon atau jagung. Tanaman ini berfungsi untuk mengurangi terpaan hembusan angin yang merobohkan tanaman lain. Penanaman rumput gajah dapat dilakukan di kebun, guludan, dan pematang sawah. Laju pertumbuhan tanaman rumput gajah relatif cepat karena memiliki respons tinggi terhadap tanah yang subur. Bila dirawat dengan baik dan dilakukan pemotongan secara berkala maka pertumbuhannya cepat.
Penanaman Rumput Gajah sangat mudah, hanya dengan menanam batangnya dengan sudut tanam 45 derajat dengan panjang tiga sampai lima ruas. Setiap ruas akan muncul daun baru. Selain itu, tanaman ini juga cepat menyebar ke samping menjadi rumpun.
Manfaat Rumput Gajah
Rumput Gajah banyak dibudidaya untuk keperluan makanan ternak. Untuk penggemukan sapi, kebutuhan minimal berkisar 1,5-0,8 bahan kering dari bobot sapi yang digemukkan. Jadi, seekor sapi yang akan digemukkan berbobot 200 kg akan diberikan rumput gajah segar yang mengandung 21% bahan kering. Dengan demikian, kebutuhan minimal hijauan sapi yang akan digemukkan itu adalah 200x0,5/100x1kg= 1.0 kg bahan kering atau 4,8 kg bentuk segar rumput gajah.  Namun, dikarenakan selalu ada bagian yang tidak dimakan (sisa batang), maka pemberian dilebihi 5% dari kebutuhan, jadi kira kira rumput gajah segar yang akan diberikan kepada sapi yang akan digemukkan sebanyak 105/100 x 4,8 kg = 5, 05 kg.
Peremajaan
Dilakukan jika tanaman telah berumur 3 – 4 tahun setelah tanaman sudah tidak responsive lagi terhadap pengelolaan. Setelah pemotongan terakhir, tanah diantara barisan dicangkul dan dilakukan pemupukan. Buatlah lubang tanam untuk tanaman baru pada perpotongan silang rumput yang lama, untuk menjaga kesinambungan stok hijauan ternak. Setelah tanaman baru tumbuh, sisa tanaman lama dibongkar hingga ke akar-akarnya (Sang T).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar